AGUSTUS menjadi bulan sakral bagi rakyat Indonesia. Pada bulan ini bangsa Indonesia memperingati kemerdekaannya. Semarak rakyat Indonesia dalam menyambutnya sudah muncul jauh-jauh hari. Bendera, spanduk, umbul-umbul dan lampu hias ramai menghiasi jalan-jalan dan rumah-rumah di kota hingga ke pelosok.
Bangsa Indonesia patut bersyukur atas kemerdekaan yang sudah diperoleh dengan pengorbanan yang besar. Jiwa, harta dan raga diberikan para pahlawan agar bangsa Indonesia bebas dari penjajahan dan meraih kemerdekaan seperti yang bisa kita nikmati saat ini.
Islam memandang kemerdekaan bukan dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi, baik dari segi lahiriyah maupun batiniyah, yakni kemerdekaan atau bebas dari penghambaan kepada selain Allah SWT menuju tauhid untuk ranah batiniyah dan kemerdekaan dari kesempitan dunia dan ketidakadilan menuju kelapangan dan keadilan Islam dalam ranah lahiriyah. Sehingga bisa dikatakan bahwa makna kemerdekaan dari ajaran Islam adalah kemerdekaan yang sempurna bagi umat manusia.
BACA JUGA: Makna Kemerdekaan dalam Teks Proklamasi
Namun Anda jangan terlena karena merasa diri merdeka dan bebas dari penjajahan. Karena pada kenyataannya corak dan ragam penjajahan itu bermacam-macam, di antaranya:
Pertama, iblis adalah penjajah yang paling berbahaya bagi manusia. Bahayanya seperti apa? Ia senantiasa berupaya untuk menyesatkan manusia dari jalan hidayah dan Islam hingga hari kiamat. Iblis berkata sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf : 17).
Iblis menjajah manusia melalui bujuk rayunya yang dipoles dengan cover berbau ilmiyah, agar manusia menjauhi dan bahkan memusuhi ajaran dan syariat Islam. Hingga tak ayal lagi, sebagian besar umat manusia dari dulu hingga sekarang telah tertipu oleh propagandanya. Maka, selayaknya kita menjadikannya sebagai musuh abadi. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya setan itu musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh.” (QS. Al-Faathir : 6).
Kedua, penjajah manusia yang tidak kalah bahayanya adalah nafsu dan syahwatnya, yang selalu mengajak kepada kejelekan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan” (QS. Yusuf : 53). Nafsu di sini adalah nafsu lawwamah yaitu jiwa yang selalu goncang, yang jika tidak diarahkan, akan mengantarkan manusia kepada keburukan. Nafsu dan syahwat seperti ini akan bisa diatasi di antaranya dengan ilmu (agama) untuk memperkuat ruhiyah.
Ketiga, penjajah dalam rupa dunia, juga kerap menampakkan kehebatannya dalam menjajah jiwa manusia. Penjajah yang satu ini, tak puas-puas membuat ulah, padahal hampir semua darah yang tertumpah di permukaan bumi atas namanya. Ya, cinta dunia adalah racun dalam kehidupan umat manusia. Karena seorang yang cinta dunia dikhawatirkan akan membuang cintanya kepada Allah SWT, demikian pula sebaliknya, seseorang yang cinta kepada Allah SWT, tidak akan memberikan tempat bagi dunia itu menempel di hatinya.
BACA JUGA: Daripada Merdeka, Zaid ibn Haritsah Tetap Memilih menjadi Budak Nabi
Di antara racun dunia yang paling berbahaya bagi umat manusia adalah fitnah wanita, harta dan tahta. Ketika Rasulullah SAW diminta oleh seseorang untuk menunjukkan suatu amal di mana pelakunya akan dicintai oleh Allah SWT dan manusia, Beliau SAW bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya engkau akan dicintai Allah dan bersikap zuhudlah terhadap apa yang dimilki manusia, nsicaya engkau akan dicintai manusia.” (HR. Ibnu Majah. Imam An-Nawawi men-hasan-kannya).
Keempat, penjajahan dalam bentuk ghazwul fikri (perang pemikiran), yaitu invasi nilai-nilai menyimpang yang bisa mengganggu dan merusak keyakinan, moralitas dan pola pikir kaum muslimin agar jauh dari nilai-nilai agamanya.
Model penjajahan dan invasi ini juga tak kalah bahayanya karena ia datang dengan begitu halus dan tersembunyi melalui media-media propaganda yang hadir di tengah-tengah kehidupan kaum muslimin hari ini, seperti televisi, internet, media cetak dan lainnya. []
SUMBER: WAHDAH.OR.ID