Oleh: Silvi Apriyanti
Mahasiswi STEI SEBI
Smester 2 Prodi Perbankan Syariah
shilvyafriyanti@gmail.com
KATA muslimah bukanlah kata yang asing di telinga kita semua baik orang Islam atau pun bukan. Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata muslimah? Apakah hanya sebatas wanita beragam Islam, perempuan pakai kerudung, wanita yang sering ikut pengajian, dan lainnya.
Pandangan di atas tentang muslimah memang benar tapi pada dasarnya muslimah bukan hanya wanita beragama Islam saja, atau yang berkerudung saja atau bahkan yang ikut pengajian. Muslimah adalah orang (perempuan) yang berserah diri kepada Allah dengan hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada-Nya terhadap segala yang ada di langit dan bumi. .
Dalam konteks ini kita akan membahas tentang muslimah masa kini. Kok masa kini memang nya berbeda dengan muslimah pada masa dahulu? Karena ketika kita membahas muslimah kita bukan saja bicara tentang tugasnya tapi juga tentang peradaban.
Muslimah sebagai tiang penopang utama dalam keluarga yang memang tidak nampak terlihat dari luar tapi amat berpengaruh terhadap bangunan tersebut.
Muslimah pada zaman dahulu hanyalah seorang wanita yang di pandang oleh laki-laki bertugas untuk mengurus rumah tangga, baik mengurus anak, membereskan rumah, memasak, mengatur keuangan dengan baik dan lainnya. Dan karena pekerjaan hanya bergelut di bidang rumah tangga saja banyak yang mendoktrin “ngapain sih jadi wanita harus sekolah tinggi-tinggi kalau ujung ujungnya juga di sumur, dapur kasur” hal yang sering kita dengar bahkan sampai saat ini.
Maka dari itu seorang pahlawan Nasional Indonesia yang bernama Raden Ajeng Kartini membuka mata para wanita zaman dulu dan berhasil membuktikan bahwa wanita perlu pendidikan yang tinggi, wanita juga tidak hanya seperti kata orang yang hanya di sumur, dapur dan kasur.
Muslimah masa kini atau muslimah modern berpendapat bahwa seorang wanita mampu melakukan semua hal dengan sendiri bukan hanya pekerjaan rumah tangga tapi juga pekerjaan para pria. Saat ini wanita telah berhasil membuktikan bahwa pendidikan yang tinggi tidak hanya untuk para pria tapi juga wanita.
Kesadaran wanita dalam berpendidikan tinggi ialah karna tidak lain dan tidak bukan wanita adalah madrasah pertama bagi anak-anak nya jika seorang wanita memiliki pendidikan yang tinggi maka ia akan mampu mendidik anaknya dengan baik, baik secara pendidikan formal maupun pendidikan spiritual.
Dalam agama Islam wanita sangat di muliakan bahkan peribahasa mengatakan “surga di bawah telapak kaki ibu” saking Islam sangat memuliakan wanita, betapa tidak wanita yang mengandung selama 9 bulan 10 hari, melahirkan dengan taruhan nyawa,, menyusi selama 2 tahun , merawat anak anaknya hingga dewasa dan menjadi generasi penerus bangsa yang baik memang pantas bahwa wanita itu di muliakan.
Sekarang ini banyak istilah Muslimah sebagai “Arsitek Peradaban” apa sih maksudnya? Pasti kita banyak bertanya mengenai hal tersebut.
Kita akan bahas satu persatu ya…
Tadi kita sudah bahas sekilas tentang muslimah sekarang saatnya kita bahas tentang arsitek. Saat kita mendengar kata arsitek ya pasti kita akan berfikir tentang sebuah bangunan, orang yang membuat desain pada rumah dan lainnya.
Nah sama seperti hal nya muslimah sebagai arsitek peradaban yaitu “muslimah yang akan membangun, mendesain menghasilkan sebuah generasi yang baik, mulai dari akhlaq, pendidikan juga yang lainnya.”
Sebagian wanita muslim sekarang saatnya kita bertanya apakah kita sudah pantas dan siap sebagai Arsitek Peradaban untuk generasi penerus kita? Dan apa saja sih yang harus di siapkan sebagai calon calon Arsitek Peradaban?
1. Menjadi muslimah yang bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya.
Hal tersebut sangat penting tidak hanya untuk calon Arsitek Peradaban tapi juga untuk kita semua. Karena ketaqwaan kepada Allah adalah fondasi utama untuk kita selaku umat Islam.
Daru hal tersebut kita akan mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk. Karena Allah memandang manusia bukan dari paras wajahnya, status sosialnya, kaya atau miskin dia, tapi Allah memandang manusia dari tingkat ketaqwaan kepada-Nya.
2. Mempunyai tujuan-tujuan di masa yang akan datang, sebagai calon Arsitek Peradaban sangat dituntut untuk mempunyai tujuan yang jelas di masa depan.
Kita sebagai muslimah harus sadar bahwa anak itu sebagai aset kita, sebagai generasi penerus bangsa dan Umat.. Kita jadikan anak bukan hanya sebagai aset dunia tapi juga aset akhirat. Memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak, mengajarkan akhlak yang baik agar akhlak anak kita kelak tidak tergerus oleh zaman, mengajarkan Qur’an sebagai pedoman hidup utama umat Islam.
Karena seorang ibu sudah pasti mempunyai cita-cita besar untuk anak-anaknya sudah selayaknya mempersiapkan sesuatu yang terbaik untuk mereka.
3. Menguasai Ilmu.
Sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya seorang ibu harus menguasai ilmu, terutama ilmu dalam mendidik anak. Karena mendidik anak bukanlah hal yang mudah harus ada ilmu ilmu yang harus kita pelajari, baik dari fase perkembangan anak, bahasa anak, manejemen waktu untuk mendidik anak dan manajemen waktu untuk mengurus rumah tangga.
4. Ibu yang peduli akan umat
Untuk menciptakan generasi peduli umat sudah selayaknya sebagai calon Arsitek Peradaban mendidik bukan hanya peduli untuk keluarga tercinta saja tapi juga peduli akan umat. Seorang ibu yang baik sadar bahwa lingkungan akan berpengaruh terhadap perkembangan anak maka kita harus menciptakan lingkungan yang baik untuk anak, ketika umat dan lingkungan sekitar kita baik maka akan terciptalah anak yang insya Allah akan baik, mulai dari akhlaq, pendidikan, pergaulan dan lainnya.
Semoga kelak kita menjadi para Muslimah sebagai Arsitek Peradaban yang baik seling menasihati dalam kebaikan, saling mengingatkan ketika di antara kita ada yang salah, jangan bosan untuk saling mengingatkan. []