Oleh: Faris Ibrahim, Mahasiswa Al-Azhar University, Cairo
fareiss.abraham@gmail.com
PADAHAL Rasulullah bersabda, ”Suruhlah (mintailah pendapat) tentang anak-anaknya”(6), karena ia ibunya adalah sosok yang paling mengetahui tentangnya, paling berpengalaman soal perihalnya, paling tahu mungkin dengan klasifikasinya, maka tugas bagi seorang suami meminta pendapat istri. Bahkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan derajat mulianya, meminta usul pada istrinya Ummu Salamah saat mengalami kesulitan berdakwah.
Kala itu setelah perjanjian Hudaibiyyah, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menyuruh sahabat-sahabatnya untuk bertahallul dan berihram umroh, namun mereka enggan karena beberapa perihal kondisi. Kemudian Rasulullah mengadu kepada Ummu Salamah, “Wahai Rasulullah keluarlah, jangan bicara dengan siapapun, mintailah tukang cukur untuk mencukurmu di hadapan mereka, kemudian berihramlah di hadapan mereka, jangan lakukan apapun selain itu.”
Kemudian Rasulullah melaksanakan apa yang disarankan istrinya. Tiba-tiba sahabatnya terbangun dan bangkit sambil bergumam, “Bagaimana kita tidak melakukan apa yang dilakukan Rasulullah.” Inilah bukti bahwa muslimah sebenarnya punya peran dan berhak bersuara, bukan malah mengurung diri, merasa suci dengan menjadi eksklusif. Inilah yang kita temukan hari ini, sosok muslimah-muslimah sinetron yang super sabar dengan penindasan suaminya yang dzolim, muslimah-muslimah yang membatasi urusannya dengan kegiatan rumah.
Memang betul mengurus rumah dan membina anak merupakan pokok utama, namun, bukankah tugas dakwah di luaran sana semata-mata hanya tugas seorang laki-laki saja?
Muslimah masa depan adalah yang kembali kepada hari kemarinnya. Bukan kemarin yang baru-baru ini, melainkan kemarin yang jauh dahulu di mana salaf sholehnya bermuara dalam perkataan dan perbuatannya, ia tidak mesti menolak mentah-mentah modernitas, karena modernitas dan liberalisme adalah dua hal yang berbeda, ia mesti mengikuti arus modern namun tetap teguh dengan batasan- batasan agamanya sebagaimana yang salafus sholeh contohkan. Karena salah satu penyebab kemunduran umat Islam sebagaimana yang dijabarkan Syaikh Amir Syakib Arselan adalah dikarenakan hilangnya dari umat ini sebab- sebab pendahulunya (salaf) dulu memimpin dunia, maka dari itu penting bagi muslimah hari ini untuk kembali membalik lembaran-lembaran sejarah teladannya, menelaahnya untuk mencocokan diri, menggalinya agar menghujam kembali jati diri, dan meneladaninya untuk dapat menemukan orientasi berkehidupan dan arti dari keberadaanya.
Wanita- wanita Anshor datang ke hadapan Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam menanyakan langsung perihal persoalan- persoalan khusus. Sampai- sampai Aisyah radiyallahu anha berkata “semoga Allah merahmati wanita Anshor, rasa malu tidak menghentikan mereka untuk memperdalam persoalan agamanya”, dan mereka adalah yang paling cepat tanggap terhadap perintah Allah.
Tatkala turun ayat “Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka”(8).
Ketika turun ayat tersebut, Aisyah berkomentar, “Wanita-wanita Anshor langsung beranjak mencari apapun itu penutup yang dapat menutup kepala mereka, dan mereka datang untuk melaksanakan sholat dan seakan-akan di atas kepala mereka ada seekor gagak”, mereka tidak menunda- nunda, melainkan langsung bersegera menjemput dan menerapkan syari’at Allah. Begitulah hubungan mereka dengan agama dan Rabbnya.
Dan muslimah yang kita inginkan pula adalah yang baik dalam mendidik anak- anaknya, yang mengajarkan mereka kemuliaan akhlaq, keutamaan-keutamaan amal Islami, dan kecintaan beribadah pada Rabbnya dan menaati-Nya, juga mengigatkan mereka untuk tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Allahu a’lam bisshowab. []
Referensi:
• Yusuf Qardhawy. 2006. Muslimatul Ghod. 1. Kairo: Maktabah Wahbah
• Al-Baqarah- 143
• Muhammad Lili Nur Aulia. 2008. Cinta di Rumah Hassan Al-Banna. 1. Indonesia: Alam Raya Enterprise
• HR. Bukhari
• HR Tirmidzi 1087 dan Ibnu Majah 1865
• HR. Abu Dawud 2097
• Amir Syakib Arselan. 2016. Limadza Ta’ahhorol Muslimuna wa Taqoddama Ghoiruhum?. Cairo: Dar Ibnu Al-Jauzi
• An- Nur :31
• HR. Bukhari 3113 dan Muslim 2727 dan (HR. Bukhari keterangan hadis no. 5362)