Oleh: Ramadani Ann Al-Qohirohiyyah
KITA sudah berhijab? Apa, belum? Hari gini kamu gak tahu kalau berhijab itu wajib? Ciee primitif, ketinggalan zaman, purbakala! Malu dong sama gadget yang makin canggih, girls! Bagi yang sudah pakai meskipun belum di level hijab yang syar’i alias baru ala kadarnya; sudah menutupi aurat, bukan? Oke, lalu mari bahas tentang penyaluran hobby selfie-selfie.
Selfie sudah menjadi ritual wajib bagi pengguna gadget di era yang modern ini. Bisa dipastikan setiap orang pernah selfie, entah itu telah dishare ke media sosial atau sebatas koleksi pribadi saja.
Menjadi muslimah bukan berarti harus terlihat lugu, jelek, dan tidak modis. Mau terkesan seperti emak-emak? Bukankah kita masih muda? Harus membuat diri tampil secantik mungkin. Dan kehadiran gadget di abad ini semakin memberi ruang agar kita para wanita bisa bebas mengekspresikan diri. Kecantikan dari sorot mata yang sendu, menawan, hingga memikat siapa pun yang melihat (baca: lelaki non mahram).
Saat melihat diri pada pantulan di layar gadget sebelum selfie, aduhai betapa cantiknya orang itu. Akan lebih cantik lagi jika semua orang dapat melihatnya. Tidak cukup satu, dari warna ke warna, semua tampilan hijab yang kita kenakan menambah koleksi di album photo. Setelah di share pada akun pribadi, menuai pujian silih berganti, komentar; seperti boneka, imut, menggemaskan, hingga kata “cantik” yang beruntun tiada habisnya diumbar oleh lelaki-lelaki ajnabi (ghoiru mahram/orang asing).
Lalu, kita terpana dengan pujian yang sesungguhnya ujian itu. Belajar menumbuhkan kesombongan dalam hati, semakin hari justru semakin menutupi hakikat pengetahuan akan fungsi utama hijab yang dikenakan. Kita pakai hijab untuk menutupi kecantikan tersebut, mengapa terkesan seolah-olah harus terlihat lebih cantik ribuan kali lipat? Naudzubillah min dzalik; Laa ila ha illa Anta—Subhaanaka inni Kuntu Minadzalimiin.
Bukan wajah yang akan membuat dikenang setelah kematian, tapi amal jariyah. Ilmu yang bermanfaat. Maka sebaiknya kita harus segera meninggalkan kesenangan ber-selfie. Pikirkan mudharat yang ditimbulkan, seperti dicuri pihak tak bertanggung jawab, dikoleksi pedophilia hingga berniat akan melakukan berbagai kejahatan kriminal untuk pelaku selfie. Serta beratnya pertanggungjawaban di akhirat karena pujian berlebihan dari makhluk. Kita tak butuh itu! Simpan saja kecantikanmu, girls! Tundukkan pandangan serta menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Kembali mengaplikasikan budaya malu. Pemalu bukanlah orang yang pendiam, lugu, kutu buku, tapi ia dikatakan pemalu sebab di dalam hatinya ada rasa takut yang besar sekali bila melanggar perintah Allah SWT.
Sejatinya muslimah shalihah itu tersembunyi, cantik bukan hanya pada paras yang menawan, namun hati yang tawadhu, pikiran berilmu, dan menebar banyak kebaikan untuk umat.
Muslimah selfie-an memang keren, tapi lebih keren lagi muslimah yang bisa menyembunyikan perhiasannya. Hanya orang-orang khusus; tertentu yang bisa menikmati kecantikan fisiknya. Bahagia di dunia, serta di akhirat mendapat rahmat. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word