MUSTAFA Tamimi, 28, berdiri menghadang kendaraan tentara Israel. Tangannya mengepal batu dengan erat. Ketika ia melemparkan batu itu, kendaraan tentara Israel itu makin dekat, dan tentara Israel, dengan dingin menembaknya. Mustafa ditembak dari jarak yang dekat. Sangat dekat malah. Mustafa ditembak tepat di wajahnya.
Kejadian itu terjadi pada tahun 2011 di Nabi Saleh, Tepi Barat. Foto-foto penembakan Mustafa baru terungkap sekarang. Mustafa tentu sudah syahid. Bagaimana dengan tentara Israel yang menembaknnya?
Militer Israel, menurut BBC, membebaskan tentara tersebut. Kelompok hak asasi manusia mengatakan, prajurit itu telah melanggar peraturan, namun penyelidikan internal berujar, “tidak ada orang yang melihat di tempat kejadian”. Sang tentara Israel juga tidak bertanggungjawab secara pidana pula.
Penyelidikan itu tentu saja ditolak oleh saudara Tamimi, Louai. Ia mengaku tidak pernah ditanya oleh penyelidik meskipun menyaksikan insiden tersebut.
Kegagalan Investigasi
Louai mengatakan ia berdiri di samping saudaranya ketika melempar batu, sekitar empat atau lima meter dari mobil jip tentara Israel ketika tentara itu melepaskan tembakan.
“Ketika tentara menembak gas air mata, tidak ada keraguan bahwa ia melihat kami, dan ia menembak saudara saya langsung,” katanya kepada kantor berita Reuters.
Foto yang diambil pada saat itu menunjukkan Tamimi berjalan menuju kendaraan, gas air mata muncul dari pintu belakang mobil, dan sedetik kemudian Tamimi ambruk ke tanah, memegangi wajahnya.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Peter Lerner mengatakan kematian itu merupakan “tragedi individual, dengan hasil yang mengerikan”. “Tapi tentara yang terlibat beroperasi dalam wilayah tanggung jawab mereka,” belanya.
“Tamimi menempatkan dirinya dalam kondisi berisiko yang tidak perlu, sayangnya itu mengakibatkan kematiannya,” tambahnya.
Letkol Lerner juga mengatakan para saksi Palestina menolak untuk bersaksi.
Namun, kelompok hak asasi manusia Israel , B’Tselem, menyatakan tindakan militer Israel itu tidak sesuai dengan peraturan mereka sendiri yang mengatur soal gas air mata.
Kelompok itu mengatakan bahwa aturan militer melarang menembak gas air mata secara langsung pada orang-orang.
B’Tselem mengatakan penembakan itu terdokumentasi dengan baik dan fakta bahwa butuh waktu dua tahun untuk memutuskannya jelas menunjukkan kegagalan sistem investigasi militer.
“Dalam keadaan seperti itu, hanya masalah waktu saja sebelum satu lagi warga sipil Palestina tak bersenjata dibunuh dengan cara ini. Untuk rakyat Palestina di Tepi Barat, keputusan ini adalah pesan yang jelas bahwa mereka tidak bisa mengharapkan keadilan dari sistem hukum Israel.” []