Abu Sa’id Al Ma’la berkata, “Sesungguhnya buku catatan amal ini telah ditutup sejak kematian. Jadi tidak dapat lagi beramal shaleh bahkan untuk menjawab salam sekalipun, si mayit tidak mendapatkan pahala dari menjawab salam, sekiranya dianggap ibadah. Tetapi ia hanya sakedar menjawab orang yang mengatakan, ‘Alaikum ya, ahlal qubur’, karena menjawab salam itu telah ditetapkan dalam hadis-hadis.”
Mutharif bin Asy-Syakir berkata, “Pada malam Jumat aku pernah melewati sebuah lapangan. Sebenarnya aku juga melewati lapangan itu pada hari selain malam Jumat. Di sana aku melihat sekelompok orang yang telanjang. Aku mengucapkan salam kepada mereka, namun mereka tidak menjawab salamku.
“Kemudian aku berhenti. Maka mereka berkata kepada sesama mereka, ‘Ia adalah Mutharif bin Asy-Syakir’.”
BACA JUGA:Â Manusia Bisa Lihat Malaikat Jelang Kematian, Benarkah?
“Aku berkata kepada mereka, ‘Aku heran kepadamu mengapa kamu mengetahui nama aku dan nama ayahku, sedangkan kamu tidak menjawab salamku?’
“Mereka berkata, ‘Kami adalah mayit. Sedangkan buku catatan amal kami telah ditutup. Seandainya kami dapat menjawab salam itu, tentu kami akan membelinya dengan seluruh isi dunia’.
“Aku bertanya, ‘Aku melihat kamu telanjang. Mengapa demikian?’
“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kain kafan kami telah rusak dan kami tidak menemukan sesuatu untuk menutup aurat kami.’
“Aku bertanya, ‘Mengapa kamu semua berkumpul?’
“Mereka menjawab, ‘Di setiap kubur kami berkumpul sebanyak 70 mayit dan jumlah kami terus bertambah.’
“Aku bertanya, ‘Apakah kamu tidak malu, sedangkan di antara kamu ada wanita?’
“Mereka berkata, ‘Sesungguhnya bagi kematian itu ada sakarat atau kesakitan yang membuat akal kami hilang, sehingga kami tidak peduli bahwa kami telanjang’
“Aku bertanya kepada mereka, ‘Kenapa aku tidak melihatmu di sini selain hari Jumat?’
“Mereka berkata, ‘Kami keluar pada malam ini untuk melihat apakah ada di antara keluarga kami yang mengingat dan bersedekah untuk dikirimkan pahalanya kepada kami atau tidak.’
“Ketika aku hendak kembali, mereka berkata, ‘Tolong aku berpesan kepadamu, jika datang hari Jumat, nasihatilah manusia dan katakanlah kepada mereka bahwa kain kafan kami telah binasa, badan kami telah hancur, dan tulang-tulang kami telah berantakan. Tetapi kamu melupakan kami. Maka sekarang kasihanilah kami, dan gunakanlah kehidupanmu untuk beramal saleh. takutlah kamu dari apa yang telah menimpa kami yaitu ketakutan dan kebinasaan karena meninggalkan amal sholeh.”
Kisah tersebut menunjukkan bahwa para mayit itu dapat menerima kiriman pahala shodaqoh, Bahkan mereka selalu menantikannya. Sesungguhnya kematian itu sangat sakit dan kesakitannya berlangsung sangat lama dan para mayit itu tidak suka jika orang-orang hidupnya hanya sibuk untuk urusan dunia.
BACA JUGA:Â 4 Nasihat Kematian
Adapun kata mereka, “Kami tidak mampu menjawab salam, ” artinya adalah bahwa mereka tidak mampu melakukannya sebagai ibadah. Tetapi mereka tetap menjawabnya seperti yang disebutkan dalam hadist-hadist. Dan salam di situ hanya sebagai tanda keramahan saja.
Sebagian ulama berkata, “Arti ucapan mereka ‘Kami tidak mampu menjawab salam’, sesungguhnya salam itu didengar oleh orang-orang yang sudah mati, tetapi tidak dijawab oleh si mayit. ” Menurut Mutharif bin Asy-Syakir itu menunjukkan puncak kesedihan bagi para mayit.
Ali ra berkata, “Sungguh tidak ternilai sisa umur seorang mukmin. Jika ia mempunyai dosa lalunya, kemudian Jika ia bertobat maka akan dihapuskan dosa-dosanya.” []
SUMBER: PUSAT STUDI ISLAMÂ