SEPULUH orang sahabat Nabi yang dijamin masuk sorga (yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar Bin Khattab, ‘Utsman Bin ‘Affan, ‘Ali Bin Abi Thalib, ‘Abdurrahman Bin ‘Auf, Zubair Bin ‘Awwam, ‘Amru Bin ‘Ash, Sa’ad Bin Abi Waqqash, Abdullan Bin Rawahah, dan Thalhah Bin ‘Ubaidillah) semua mereka memiliki aktivitas mencari ma’isyah (penghidupan). Dan rata-rata aktivitas mencari ma’isyah mereka adalah bisnis.
Dalam pandangan Islam, aktivitas dakwah tidaklah lebih mulia dari mencari ma’isyah untuk menghidupi diri dan keluarga. Keduanya adalah perintah Allah yang harus dijalankan. Dakwah adalah upaya untuk menyampaikan hidayah kepada Allah. Mulianya dakwah digambarkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya, “Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui (usaha, dakwah) kamu, maka hal itu lebih baik bagimu dari dunia dengan segala isinya.” Nah, manfaat ma’isyah (penghidupan) yang menjadi pegangan da’i adalah untuk memelihara dan mempertankan luhurnya nilai aktifitas memberi hidayah kepada Allah itu. Sehingga ia menjalani dakwah memang benar-benar sebagai proyek dengan tujuan untuk menyebarkan hidayah kepada manusia.
Begitulah Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya. Bahkan para nabi pun adalah orang-orang yang mempunyai aktifitas kerja untuk mencari ma’isyah. Beliau menjelaskan: “Tidaklah seseorang menkonsumsi makanan yang lebih baik dari hasil kerja tangannya. Dan sesungguhnya nabiyullah Dawud memakan makanan dari hasil kerjanya sendiri.” (Al-Bukhari)
Sangat beralasan bila Imam Hasan Al-Banna menggambarkan sosok Muslim ideal dan da’i ideal sebagai orang yang memiliki sepuluh sifat asasi. Di antara sifat itu adalah mampu berusaha. Dia menempatkan kemampuan untuk berusaha mencari ma’isyah sebagai salah satu sifat asasi yang harus ada pada seorang Muslim terlebih lagi aktivis dan da’i.
Islam memberikan penghargaan tinggi kepada orang yang bekerja untuk mencari rizki. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman lalu dimakan sebagiannya oleh burung, manusia, atau binatang ternak melainkan itu merupakan shadaqah baginya.” (Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah atsar disebutkan: “Allah merahmati orang yang berusaha (mencari penghidupan) yang baik, membelanjakan harta dengan hemat, dan menyisihkan kelebihan untuk menghadapi masa fakir dan membutuhkan.” (Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya)
Karenanya Rasulullah saw. memberi semangat kepada kaum Muslimin untuk tidak mengabaikan peluang sekecil apa pun untuk bekerja mencari rezeki dan berpruduksi. Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila kiamat datang dan di tangan seseorang di antara kamu ada benih pohon maka jika ia bisa menanamkannya sebelum bangkit maka lakukanlah.” (Ahmad) []