TUGAS utama para nabi dan rasul adalah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT. Dalam menjalankan tugasnya, mereka kerap mengalami tantangan dan ujian yang berat. Namun tahukah Anda jika para nabi telah dilatih sejak kecil tentang bagaimana mengurusi umatnya?
Ya, rata-rata para nabi ketika kecil berprofesi sebagai penggembala kambing. Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hikmah di balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian tiba adalah agar mereka terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika manusia.” [Fathu Al Bari 1/144]
Agar mereka menjadi penggembala manusia pada waktu mereka besar. Sebagaimana Musa dan Muhammad serta para nabi lainnya shalawatullahi ‘Alaihim wa Salamuh, pada awal kehidupan mereka telah berhasil menjadi penggembala kambing yang baik. Tujuannya tidak lain untuk mengambil pelajaran setelah berhasil mengendalikan binatang ternak, maka selanjutnya adalah berhasil mengurus anak cucu Adam dalam mengajak, memperbaiki dan mendakwahi mereka.
Dalam pekerjaan mengembala kambing terdapat pelajaran membiasakan diri untuk sifat menyantuni dan mengayomi. Tatkala mereka bersabar dalam mengembala dan mengumpulkannya setelah terpencar di padang gembalaan, mereka mendapat pelajaran bagaimana memahami perbedaan tabiat umat, perbedaan kemampuan akal. Dengan perbedaan tersebut maka yang membangkang mesti ditindak tegas dan yang lemah mesti disantuni.
Hal ini memudahkan bagi yang memiliki pengalaman seperti itu untuk menerima beban dakwah dibandingkan yang memulai dari langsung dari awal. Itulah awal pembelajaran bagi para Nabi dengan cara menghadapi tabiat yang berbeda, ada yang lemah, ada yang pincang dan bermaksud mendaki gunung, ada yang tidak mampu untuk melintasi lembah. Dari situ, dia mempelajari bagaimana meraih keinginan yang beragam sebagai pengantar untuk mengenal manusia dengan tujuan dan maksud yang juga beragam.
Para Nabi mengembala kambing semenjak mereka kecil dan mereka menyandarkan kehidupan mereka melalui usaha mereka, memberikan pesan tentang pentingnya seorang da’i menggantungkan dirinya kepada Allah SWT dan tidak menggantungkan hidupnya pada belas kasian orang lain.
Jika seseorang menyandarkan dirinya kepada orang lain, maka ia akan menjadi lemah, sementara dakwah tidak mengenal hal tersebut. Seorang da’i mesti menjauhkan dirinya dari pemberian dan sedekah orang lain.
Manusia tidak akan menerima dakwah orang yang pernah suatu hari menerima sedekah dan belas kasihannya, kemudian hari yang lain, dia menasehatinya dan memperingatinya agar tidak terlena dengan dunia. Oleh karena itu, rezeki Rasulullah SAW tidak pernah menjadi pembicaraan orang Quraisy, Rasulullah hidup di antara mereka dengan tidak meminta belas kasihan mereka, sebab hal tersebut bisa membuat kaum Quraisy mengungkit jasa dan kebaikan mereka kepada Rasulullah. Wallahualam. []
Sumber: https://www.kisahislam.net/2015/10/12/hikmah-dari-pekerjaan-setiap-para-nabi-rasul-yang-menggembala-kambing/