TEKANAN demi tekanan terus dilancarakan oleh orang-orang Quraisy. Dimulai dari caci maki hingga adu fisik. Dalam menghadapi berbagai tekanan itu, Rasulullah Shallahu ‘alahi wasallam mengambil langkah bijaksana.
Beliau melarang orang-orang muslim menampakkan keislamannya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Juga tak menemui mereka kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi.
BACA JUGA: Seorang Badui Bertanya, ‘Wahai Rasul, Apa Itu Ash-Shur?’
Hal itu dilakukan sebagai usaha menghalangi orang-orang Quraisy yang akan mengusik kegiatan beliau dalam mensucikan orang-orang muslim dan mengajarkan Al-Quran.
Namun, kegiatan sembunyi-sembunyi tersebut adakalanya tercium oleh orang Quraisy. Sehingga langkah paling bijaksana ialah dengan menyembunyikan keislaman mereka.
Maka begitulah, para sahabat secara keseluruhan menyembunyikan keislaman, ibadah, dakwah, dan pertemuannya. Namun, tak berlaku bagi Rasulullah Shallahu ‘alahi wasallam yang mana tetap menampakkan dakwahnya dan ibadah di tengah-tengah orang musyrik.
BACA JUGA: Aisyah binti Abu Bakar, Akademisi di Zaman Nabi
Sekalipun begitu, orang-orang muslim tetap melakukan pertemuan secara sembunyi-sembunyi, demi kemashlahatan diri mereka dan kepentingan Islam.
Di atas bukit Shafa, berdirilah tempat tinggal Al-Arqam bin Abil-Alqam Al-Makhzumi yang menjadi markas dakwah beliau, sekaligus menjadi tempat pertemuan orang-orang muslim sejak tahun kelima dari nubuwah. []
Sumber: Sirah Nabawiyah/ Karya: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri/ Penerbit: Pustaka Al-Kautsar/ 2017