SAAT itu, pada suatu malam berbintang, di kota Mekah, seorang anak yang sangat istimewa, lahir. Langit menyala dari timur ke barat, …
dan bahkan kelinci-kelinci gurun dengan rasa ingin tahu yang memuncak, telinganya yang runcing dan berkepala kecil, keluar dari sarangnya dan naik ke puncak gunung.
Ahh, sesuatu yang sangat istimewa sedang terjadi, seseorang yang sangat istimewa akan datang.
Bahkan, kakek anak itu, ʻAbdul Muthalib, pemimpin utama seluruh tanah Arab, menghabiskan enam hari untuk menentukan nama untuk anak itu.
BACA JUGA: Ketika Nabi Disebut Sebagai Tukang Sihir
Pada hari ketujuh, dia bermimpi bahwa nama itu seharusnya Muhammad, yang berarti ‘Yang Terpuji’. Tapi yang lebih aneh lagi adalah ketika dia pergi untuk memberi tahu ibu bayi itu, ternyata sang ibu bayi juga bermimpi sama.
Maka mereka menamai anak itu, Muhammad, Yang Terpuji.
Ayah bayi Muhammad telah meninggal dunia. Namanya adalah ‘Abdullah, dan dia pasti sangat bangga dengan anak kecilnya yang tampan.
Oh, betapa tampanya Muhammad, dengan mata sedalam dan berbintang seperti malam-malam gurun dan rambut keriting yang berkilau, seperti gulungan ombak kristal di laut yang gelap.
Pipinya merah paling kemerahan dan wajahnya bulat paling tampan.
Ia seperti bulan purnama di malam gurun yang cerah. Ahh, ini adalah anak yang sangat istimewa.
Malam itu, api biara majusi yang tak pernah padam sepanjang waktu, tiba-tiba saja padam.
Dan istana Kisra di Persia saat itu merupakan bangunan yang paling megah, luas serta dan terkenal kokoh masa itu. Namun di malam kelahiran Nabi SAW, bangunan ini bergoncang sehingga retak.
BACA JUGA: Nabi dan Buah Anggur Pemberian Lelaki Miskin
Abdul Muthalib berkata, “Tiba-tiba aku terkejut melihat patung-patung bergelimpangan tunduk sujud ke hadirat Allah. Lalu kudengar suara dari balik dinding Ka’bah: Telah lahir seorang Rasul yang akan menghancur leburkan benteng-benteng kekufuran dan menyucikan manusia dari berhala-berhala sesembahan serta memerintahkan para insan beibadah kepada Allah.”
Di Baghdad, Danau Sawah di kota Samawah yang tidak pernah kering sebelumnya dan dianggap keramat oleh penduduk Persia, tiba-tiba saja mengering.
Malam itu juga, tercancarlah cahaya menyinari langit timur dan barat. Cahaya ini terpancar menyinari bumi syam, sehingga kerajaan Syam nampak terlihat oleh orang-orang di kota Mekkah.
Mulai malam itu juga, iblis terkutut hingga hari kiamat dilarang ke langit. Kemudian setan dan iblis terkutuk dan mereka berkata, “Dahulu kita diperkenankan Allah naik ke langit, namun mulai hari ini kita dilarang ke sana untuk selamanya.”
Iblis memerintahkan kepada setan untuk berkeliling. “Berkelilinglah kalian, berpencarlah ke timur dan ke barat, ada kejadian apakah kiranya?”
BACA JUGA: Tunggu Dulu, Saya Belum Batal, tapi Saya Hendak Berwudhu Lagi
Mereka pun berkeliling hingga bertemu di Makkah.
Setiba di sana, mereka terheran-heran demi menyaksikan suatu peristiwa yang sang bayi mulia Rasul Mustafa tengah dikelilingi para malaikat yang dengan riang gembira mengucapkan selamat. Dan dari tubuh sang habibullah Rasulullah Nabi Muhammad SAW terpancar cahaya ke langit.
Setan dilarang ke langit untuk mengikuti pecakapan para malaikat yang sebelumnya dibolehkan.
Ah Nabi, masyaAllah… []