SAAT terjadi gerhana matahari total, semua manusia yang menyaksikannya begitu takjub melihat fenomena alam dengan segala keajaibannya. Namun, adakah diantara kita yang bertanya, merenungi, dan mencari tahu, siapakah pencipta jagad semesta? Adakah ketakjuban kita pada Sang Maha Kreator, seperti halnya Ibrahim as saat mengamati benda langit di angkasa?
Setiap malam tiba, Nabi Ibrahim as kerap mencermati bintang-bintang yang ada di langit. Kekagumannya pada bintang, sampai ia mengira bahwa bintang itu adalah Tuhan. Namun, Ibrahim kecewa, ternyata bulan lebih besar dari pada bintang. Ia sempat menganggap, bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya. Namun ketika menjelang pagi, Ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Nabi Ibrahim as pun kecewa lagi.
Lalu muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia mengganggap bahwa matahari itulah Tuhannya. Sekali lagi Nabi Ibrahim as kecewa, karena matahari juga hilang karena malam tiba. Ibrahim kemudian berpikir, dibalik kekagumannya pada benda langit, tentu lebih hebat lagi siapa pencipta jagad semesta itu. Akhirnya, pengamatannya berujung pada kesimpulan, bahwa Allah lah Tuhan Yang Besar, satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Begitulah kisah Ibrahim as mencari Tuhan. Dialah penemu Tuhan yang menciptakan bintang, bulan, matahari, planet, dan benda langit lainnya. Adalah Nabi Ibrahim, astronom pertama yang mengagumi, mengamati, menemukan kebenaran sejati.
Bukti Kekuasaan Allah
Suatu ketika Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Permohonan itu bukan sebagai bentuk keraguan pada Tuhan-Nya, tapi agar ia lebih yakin, mempertebal keimanannya, dan menentramkan hatinya.
“Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau mengidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman :Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ? Nabi Ibrahim menjawab : “Benar, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya pada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kekuasaan-Mu.
Allah pun mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as, lalu diperintahkanlah ia untuk menangkap empat ekor burung, lalu memotong tubuh burung itu dalam beberapa bagian. Setelah itu mencampur baurkan kembali tubuh burung yang sudah hancur itu dan diletakkan di atas puncak dari empat bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain. Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sediakala. Ibrahim as menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, betapa Allah Maha Kuasa dan dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati.
Peristiwa luar biasa itu, membuat Nabi Ibrahim as semakin yakin dan telah menentramkan hatinya, serta menghilangkan segala keraguan. Begitulah kuasa Allah, jika Dia sudah berkehenda, tidak ada yang dapat menghalanginya. Bila Allah berkata “Kun Fayakun, maka terjadilah. []