Oleh: Nasrulloh Baksolahar
nasrulloh.mu@gmail.comNasrulloh Baksolahar
SEJAK kehadirannya, manusia diajarkan Allah nama-nama benda. Rahasia ini tak diketahui oleh malaikat dan iblis, apa efeknya di masa depan? Dari pemahamannya atas benda-benda di alam semesta, manusia bisa memanfaatkannya sehingga kekuatan dan kemampuan jagat raya bisa ditiru diaplikasikan dalam rutinitas harian.
Nabi Ibrahim, bisa jadi bukan manusia pertama yang memperhatikan matahari, bulan dan bintang atau antariksa. Namun bisa jadi manusia pertama yang menghubungkan jagat raya dengan adanya sang Pencipta. Nabi Ibrahim, manusia pertama yang memadukan dan mengkoneksikan antara sains dan tauhid. Fenomena sains adalah fenomena tauhid. Fenomena tauhid dapat dipahami melalui sains. Mengapa banyak yang tak sampai pada kesimpulan ini?
BACA JUGA: Memprediksi Nasib Yahudi di Palestina dari Sejarahnya Sendiri
Ilmu Astronomi, pengamatan dan pemahaman akan bintang, bulan dan matahari, merupakan tafakur dan tadabur yang senantiasa digeluti oleh Ibrahim sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Apakah hasil pergelutanya hanya sampai pada aqidah saja? Mendeklarasikan Tidak ada Tuhan selain Allah? Hanya sampai di iman saja? Tak terkait dengan kemanfaatan bagi manusia?
Ilmu Astronomi membuatnya mampu berkelana dari Iraq ke Palestina dan Mesir. Lalu kembali dari Mesir ke Palestina. Terakhir pulang pergi dari Palestina ke Makkah tanpa tersasar dan kekurangan bekal. Ilmu Astronomi tak hanya membuat Nabi Ibrahim mencapai level marifat yang merupakan puncak ilmu. Tetapi juga, menjadi alat menyelesaikan dan menuntaskan persoalan dalam pengembaraan.
Dengan ilmu Astronomi, Nabi Ibrahim berkelana. Paham kapan berhenti dan berjalan. Berjalan saat diprediksi cuacanya nyaman untuk perjalanan. Berhenti saat membahayakan. Paham kapan berhenti untuk bercocok tanam dan berternak. Paham kapan daerah yang didiami akan berubah menjadi buruk. Nabi Ibrahim menjadi pemimpin pengembaraan bagi kaumnya.
BACA JUGA: Sejarah Shalat Sebelum Peristiwa Isra Miraj
Bagaimana Nabi Ibrahim bisa sampai ke Mekkah yang tanpa berpenghuni? Padahal suku Jurhum yang sering bolak balik di wilayah tersebut pun tidak mengetahuinya? Sedangkan Nabi Ibrahim dari Palestina yang amat jauh? Dengan berbekal pengamatan bintang, bulan dan matahari, Nabi Ibrahim tidak tersesat dan tak kehabisan bekal selama perjalanan.
Pemuda Ibrahim memandang langit dengan mata telanjang dianugerahi Marifatullah, ilmu Astronomi yang menjadi bekal dalam navigasi, pertanian dan peternakan yang membuatnya menjadi pemimpin dalam pengembaraan. Bisa jadi memandang langit sudah asing karena asyik dengan gadgetnya? []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.