DI dunia ini, kita akan mendapati banyak pemimpin yang tidak ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Mereka menganjurkan untuk berbuat sesuatu namun mereka sendiri melanggarnya. Kata-kata mereka di muka umum sungguh baik dan terdengar bijak. Tapi di sisi lain akhlak dan kelakuan mereka buruk. Kekuasaan diri dan kejelekan sifat dengan cara keluar maupun halus.
Nabi SAW. Pernah bersabda, “Saat malam Isra Mi’raj tiba, aku lihat ada manusia. Mereka digunting bibirnya. Kepada jibril aku bertanya, ‘Siapakah mereka?’ Jibril berkata, ‘Merekalah pemimpin-pemimpin umatmu. Mereka anjurkan orang lain untuk berbuat baik, namun lupa diri sendiri. Mereka membaca kitab Al-Quran, tapi tak memperhatikan, tak pula mengamalkan.”
BACA JUGA: Salman Al-Farisi, Pemimpin yang Bersahaja
Sering kita dapati bahwa pemerintahan suatu negeri menggelar perlombaan membaca Al-Quran. Mereka menikmati alunan indahnya para qari’ membacakan ayat-ayat Al-Quran. Namun mereka lupa, bahkan dengan sengaja tidak mengamalkan Al-Quran dengan benar dan konsisten dia tangkap dan disiksa karena menghambat kepentingannya. Ironis memang.
Di antara kejelekan sifat mereka pula adalah menerapkan hukum hanya kepada golongan tertentu, yaitu kalangan bawah. Kalau hukum itu menyangkut dirinya. Keluarganya dan orang-orang terdekatnya maka seketika menjadi tidak berfungsi. Sementara kalau rakyat kecil yang melakukan kesalahan dengan tegas dia terapkan hukum itu.
BACA JUGA: Beginilah Para Pemimpin Besar Menghadapi Wabah
Inilah yang akan menjadi penyebab kehancuran suatu negeri karena pemimpin yang demikian. Padahal Rasulullah SAW, sudah memberikan contoh dengan sabdanya bahwa kalaulah Fatimah putrinya tercinta mencuri maka beliau tetap akan menerapkan hukuman potong tangan kepadanya. Begitulah seharusnya seorang pemimpin.
Pemimpin yang dijumpai Rasulullah SAW. Dalam malam Isra Mi’raj sangat dapat dengan mudah kita jumpai saat ini. Maka ketahuilah ancaman Allah ini bahwa kelak di neraka bibir mereka akan digunting karena kebusukan mulut mereka. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007