DIRIWAYATKAN dari Aisyah ra, ia berkata,”Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah SAW, katakan padku; seandainya engkau singgah di sebuah lembah yang di sana ada sejumlah pohon yang buahnya sudah dimakan, lalu engkau mendapati sebuah pohon yang buahnya belum dimakan, di pohon yang mana engkau menggembalakan untamu?’ Di pohon yang belum dimakan buahnya,” jawab beliau. Maksudnya Nabi SAW tidak menikahi perawan selainnya. (Shahih; HR Bukhari (5077), kitab:Nikah)
Aisyah memasuki rumah tangga nubuwah— rumah terbaik di dunia nan luas terbentang ini, meski sangat sederhana bentuknya. Rumah berupa bilik kecil, namun penghuninya dikuatkan wahyu dari langit.
Rumah yang tidak diisi dengan pengorbanan dunia fana, namun penghuninya menebarkan aroma harum Al-Qur’an dan As-Sunnah ke seluruh bumi. Hidayah yang Allah berikan kepada siapa yang Ia kehendaki di anatara hamba-hamba-Nya, semata muncul dari bilik yang diberkahi ini.
Ibunda Aisyah ra hidup bersama Rasulullah SAW. Ia mempelajari akhlak, ilmu, wara, kesabaran, dan tindak tanduk beliau, hingga menjadi mentari di dunia manusia yang tidak bisa dikesampingkan siapapun juga. []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/Syaikh Mahmud Al-Mishri/Ummul Qura