KETIKA Nabi Musa ditanya oleh seorang pengikutnya dari Bani Israel, siapa yang paling berilmu. Nabi Musa menjawab bahwa dirinyalah yang paling berilmu itu. Tapi ternyata tidak menurut Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah menegurnya dan memberitahukan bahwa ada seorang hamba yang lebih tinggi ilmunya daripada dirinya. Siapakah dia?
Dalam suatu kisah di Al-Quran, diceritakan bahwa Nabi Khidir yang paling berilmu daripada Nabi Musa. Inilah yang membuat Nabi Musa ingin belajar padanya dan menambah ilmunya. Hingga akhirnya, ia meminta kepada Allah agar mempertemukan dirinya dengan Nabi Khidir.
Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.”
BACA JUGA: Bukti Nabi Musa Membelah Laut
Nabi Musa kemudian menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama pembantunya yang juga merupakan muridnya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.
Sesudah menyaksikan peristiwa dahsyat itu, Yusya tertidur. Dan ketika terbangun, dia lupa menceritakannya kepada Nabi Musa. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan. Lalu, Nabi Musa berkata kepada Yusya, “Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih melakukan perjalanan ini,” (QS. Al-Kahfi: 62).
Dari situ, Yusya baru teringat dengan kejadian yang telah dilihat sebelumnya dan menceritakan kepada Nabi Musa, “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk melupakannya kecuali syaithan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali,” (QS. Al-Kahfi: 63).
Akhirnya, Nabi Musa teringat akan tempat pertemuan dengan Hamba Allah itu. Ia baru tahu bahwa ia telah menemukan tempat tersebut. Kemudian, ia memutuskan untuk berbalik arah, menuju tempat tadi, yaitu batu yang menjadi tempat persinggahan mereka, tempat bertemunya dua buah lautan. Di sanalah, akhirnya Nabi Musa bertemu Nabi Khidir. Di manakah itu?
BACA JUGA: Nabi Khidir Berusia Panjang dan Diyakini Masih Hidup Sampai Sekarang, Ini Awal Mulanya
Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia.
Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.
Dalam Al-Quran, Allah tidak menyebutkan tempat tersebut. Manusia hanya bisa mengira-ngira dengan akal dan pikirannya. Tetapi, tetap saja Allah-lah yang Mahatahu. Maka, tempat pertemuan itu tidak bisa diketahui dengan pasti. Wallahu ‘alam. []