BAGIAN dari konsekuensi iman kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah membenarkan berita apapun yang beliau sampaikan. Karena beliau utusan Allah, yang dijamin oleh Allah, beliau tidak akan berbicara kecuali atas panduan wahyu.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“Beliau tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Tidak lain semua itu adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)
BACA JUGA: Ketika Kiamat, Beginilah Kondisi Malaikat
Terkait kejadian Nabi Musa memukul malaikat pencabut nyawa (malakul maut), telah disampaikan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih riwayat Bukhari, Muslim dan yang lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Malaikat maut diutus untuk mendatangi Musa ‘alaihis salam. Ketika sampai di tempatnya, Musa memukul malaikat itu, sampai lepas matanya. Kemudian Malaikat ini kembali menemui Rabbnya. Beliau mengadu, “Engkau mengutusku untuk menemui hamba yang tidak menghendaki kematian.”
BACA JUGA: Malaikat Menghormati Manusia seperti Ini
Kemudian Allah mengembalikan matanya dan berfirman, “Kembali temui Musa, sampaikan kepadanya, ‘Silahkan dia letakkan tangannya di punggung sapi, maka usia Musa akan ditambahkan sejumlah bulu yang ditutupi tangannya, setiap satu bulu dihitung satu tahun’.”
Musa bertanya, “Wahai Rabku, lalu setelah itu apa yang terjadi?”
Allah menjawab, “Setelah itu, mati.”
Musa berkata, “Kalau begitu, sekarang saja.”
Lalu Musa memohon kepada Allah agar didekatkan ke tanah suci (Baitul Maqdis), sejauh lemparan sebuah batu.”(HR. Bukhari 1339, Muslim 6297, dan yang lainnya).
Ulama ahli hadits sepakat bahwa hadits ini benar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, sikap yang wajib kita kedepankan adalah meyakini kebenarannya.
Apabila ada yang mempertanyakan, kenapa Nabi Musa memukul Malaikat? Jika Nabi Musa tahu bahwa itu Malaikat, berarti Nabi Musa menghina Malaikat? Dan jika Nabi Musa tidak tahu bahwa itu Malaikat, mengapa Nabi Musa tidak diqishas karena telah memukul?
Jawabannya adalah, Bahwa Allah tidaklah mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa ketika itu. Namun Allah mengutus malaikat maut kepada Nabi Musa untuk menguji. Sementara Nabi Musa memukul malaikat maut, karena beliau melihat ada manusia yang masuk ke rumahnya dan tidak tahu bahwa itu malaikat maut. Dan syariat membolehkan orang untuk merusak mata orang lain yang mengintip rumahnya atau melihat isi rumahnya tanpa izin.
BACA JUGA: Jelang Kematian, Benarkah Bisa Lihat Malaikat?
Al-Hafidz Ibnu Hajar juga menyebutkan alasan yang lain, untuk menjawab, mengapa Musa memukul malaikat maut?
Ulama yang lain mengatakan, “ Nabi Musa menampar malaikat maut, karena datang untuk mencabut nyawa Nabi Musa tanpa memberikan pilihan. Sebab disebutkan dalam riwayat yang shahih, para nabi tidak akan dicabut nyawanya, sampai dia diberi kesempatan memilih untuk mati atau tetap hidup. Karena itu, ketika Nabi Musa diminta untuk memilih pada kesempatan yang kedua, beliau mau menerimanya.” (Fathul Bari, 6/442).
Berbeda dengan alasan yang disebutkan an-Nawawi. Dalam Syarh Shahih Muslim karyanya, beliau menyebutkan alasan mengapa Nabi Musa menampar malaikat maut, hingga copot matanya, “Tidak mustahil jika Musa ‘alaihis salam telah mendapatkan izin dari Allah untuk melakukan tamparan ini. Dan itu sebagai ujian bagi yang ditampar. Dan Allah Ta’ala melakukan apapun terhadap makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki, serta menguji mereka sesuai yang Dia inginkan.” (Syarh Sahih Muslim, 15/129). []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH