Oleh: Lilik Yani
lilikyani23@gmail.com
PENDUDUK Mesir semakin fanatik pada kekufuran. Mereka mengikuti raja Fir’aun yang zalim. Dengan kekuasaan dan kesewenang-wenangan, Fir’aun berhasil menekan rakyatnya untuk mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi Musa.
“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (QS Yunus : 83)
BACA JUGA:Â Kisah Nabi Musa Tinju Pemuda Hingga Tewas dengan Sekali Pukul
Puncaknya, Fir’aun mengklaim dirinya sebagai Tuhan yang berhak disembah. Ketika kezaliman telah memuncak, saat itulah pertolongan Allah datang. Nabi Musa mengumpulkan para pengikutnya. Menasihati mereka, meneguhkan hati mereka, dan memberikan arahan kepada mereka.
Berkata Musa, “Wahai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepadaNya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.” (QS Yunus: 84)
Kemudian umat Nabi Musa memberi jawaban yang menenangkan pemimpinnya.
Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.” (QS. Yunus: 85)
Nabi Musa memerintahkan mereka agar bertawakkal kepada Allah semata. Meminta pertolongan dan berharap kepadaNya. Allah pun memberikan jalan keluar untuk mereka semua. Kemudian Nabi Musa memberikan kabar gembira dari Allah kepada kaumnya.
Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS Yunus: 87)
Kita perhatikan ayat di atas, ketika mendapat ujian, masalah, kesulitan, kesempitan maka Allah memerintahkan untuk memperbanyak sholat.
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS. Al Baqarah: 45)
Selama bertahun-tahun, Nabi Musa dan pengikutnya bersabar dan menghibur diri dengan keimanan kepada Allah dan tawakkal. Mereka selalu memperbaiki hubungan dengan Allah, meminta tolong kepada Allah dengan melakukan shalat.
Kemudian Allah mengizinkan Nabi Musa dan para pengikutnya untuk keluar dari Mesir menuju Syam. Ketika Fir’aun mengetahui kepergian Musa maka kemarahan Fir’aun semakin memuncak. Fir’aun menyiapkan pasukan untuk mengejar Nabi Musa dan pengikutnya.
Pada saat Fir’aun dan pasukannya berhasil menyusul Nabi Musa dan pengikutnya, maka pengikut Nabi Musa berkata, ” Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (QS Asy Syu’araa : 61)
Mereka mengatakan demikian karena melihat di hadapan mereka jalan tertutup oleh lautan. Mereka mengadu kepada Nabi Musa. Kemudian beliau menjawab untuk menenangkan para pengikutnya.
Musa menjawab, “Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS Asy Syu’araa: 62)
Nabi Musa memberikan jawaban dengan kalimat yang kuat dan makna yang jelas. Hal ini menunjukkan kedalaman ilmu dan keyakinan terhadap rahmat Allah. Perkataan seorang pemimpin yang membuat pengikutnya tenang di kala menghadapi himpitan masalah.
Pada saat benar-benar genting. Tidak ada jalan untuk melarikan diri atau berbelok arah. Di depan terpampang laut merah yang luas, di belakang ada pasukan Fir’aun yang kejam dengan persenjataan lengkap. Tidak ada orang yang bisa diminta pertolongan. Dalam keadaan demikian, Nabi Musa tetap tenang dan yakin Allah akan menolongnya.
Kemudian Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS Asy Syu’araa: 63)
Melihat laut terbelah, maka Nabi Musa dan pengikutnya bersegera melintasi jalan terbelah itu. Setelah melintasinya, dan pengikutnya yang paling akhir sudah keluar dari laut, kemudian barisan awal pasukan Fir’aun akan memasuki laut. Nabi Musa ingin segera memukul laut agar kembali seperti semula. Hingga Fir’aun dan pasukannya tidak bisa menyusul. Namun Allah memerintahkan agar membiarkan laut itu terbelah.
“Dan biarkanlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan.” (QS Ad Dukhaan : 24)
Kemudian Fir’aun dan pasukan bergegas masuk, melintasi belahan laut yang akan membinasakan mereka. Ketika mereka semua telah masuk ke dalam laut, maka Allah memerintahkan Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya. Musa pun melakukan perintah Rabb-nya. Laut yang terbelah itu kembali seperti semula.
Allah SWT berfirman: “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS Asy Syu’araa: 65-67)
BACA JUGA:Â Mengapa Kisah Nabi Musa Paling Banyak dalam Al-Quran?
Subhanallah, Allah menunjukkan kekuasaannya. Tidak ada yang sulit bagi Allah SWT. Allah menyelamatkan semua orang yang beriman kepada Nabi Musa. Sebagai bentuk syukurnya kepada Allah, maka Nabi Musa berpuasa pada hari Asyura tanggal 10 Muharram, hingga diikuti oleh para pengikutnya.
Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah SAW datang ke Madinah. Beliau dapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Kemudian beliau SAW bertanya pada mereka, “Hari yang kalian berpuasa itu adalah hari apa?”
Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Fir’aun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini.”
Rasulullah SAW lantas bersabda, “Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian.”
Kemudian setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR Muslim No 1130). Wallahu a’lam bisshawab. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.