KAUM nabi nuh a.s. mendustakan seruan tauhid. Bahkan dengan kecongkakkan dan kebatilannya mereka mengeluarkan berbagai tuduhan sehingga dada para muwahid menjadi sempit dan membuat hati orang-orang yang telah mengetahui jalan kebenaran dan petunjuk menjadi tersakiti.
Mereka berkata tentang Nabi Allah Nuh a.s., “Dia ini bukanlah siapa-siapa. Dia hanya manusia biasa seperti kalian yang ingin unggul di atas kalian. Jika Allah berkehendak mengirimkan utusan, niscaya dia akan menurunkan malaikat. Sungguh, kami tidak mendengar hal ini dari bapak-bapak kami terdahulu.”
“Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki berpenyakit gila maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai satu waktu.”
Mereka juga berkata kepada Nabi Nuh a.s., “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”
Mereka berkata, “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.”
Dari sinilah Nabi Allah Nuh a.s. memohon kepada Allah, Tuhannya Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang Maha Penolong bagi hamba-hamba-Nya.
Lalu Allah menurunkan perintahnya yang agung, bahwa saat datang bencana yang dahsyat, Nabi Nuh a.s. harus membawa binatang-binatang secara berpasangan di atas perahu, serta membawa semua perbekalan yang dibutuhkan untuk mempertahankan keturunannya. Ia juga diperintahkan untuk membawa keluarganya, kecuali orang yang telah ditetapkan kekufurannya. Maksudnya, yaitu orang-orang yang kafir. Sebab, mereka telah tercakup dalam kutukan yang tidak bisa ditolak dan termasuk golongan orang-orang yang tertimpang siksaan.
Allah juga memerintahkan agar Nuh a.s. memuji Allah atas kekuasaan-Nya menaklukan perahu tersebut. Allah kemudian menyelamatkannya dan membuka kemenangan antara dia dengan kaumnya, menentramkan hatinya dari gangguan orang yang menyelisih dan mendustakan. []
Sumber: Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah/Ahmad Abduh ‘Iwadh/Salamadani