RASULULLAH berpesan kepada para panglima pasukannya –saat memasuki Makkah– untuk tidak menyakiti siapa pun kecuali orang-orang yang memerangi mereka serta beberapa orang yang harus dibunuh walaupun mereka berlindung diri dengan bergantung di kain penutup Ka’bah. Mereka adalah Abdullah bin Sa’ad saudara Bani Amir bin Luay.
Rasulullah memerintahkan para panglima perangnya untuk membunuhnya, sebab awalnya ia seorang Muslim dan menjadi penulis wahyu untuk beliau, akan tetapi kemudian murtad dan kembali kepada orang-orang Quraisy. Abdullah bin Sa’ad lari kepada Utsman bin Affan –saudara sesusuannya– dan Utsman bin Affan menyembunyikannya kemudian membawanya ke hadapan Rasulullah di saat kaum Muslimin dan penduduk Makkah telah merasa tenang.
Utsman bin Affan meminta kepada Rasulullah jaminan keamanan untuk Abdullah bin Sa’ad, akan tetapi beliau diam lama sekali, lalu bersabda, “Ya.”
BACA JUGA:Â Bukti Nabi Musa Membelah Laut
Dan di saat Utsman bin Affan pergi meninggalkan Rasulullah, beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di sekitar beliau dari para sahabat, “Aku berdiam diri agak lama tadi karena harapan ada salah seorang dari kalian berdiri kemudian memenggal leher Abdullah bin Sa’ad.”
Salah seorang dari kaum Anshar berkata, “Kenapa engkau tidak memberi isyarat kepadaku, wahai Rasulullah?”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang Nabi itu tidak boleh membunuh dengan cara memberi isyarat.”
Kemudian Abdullah bin Sa’ad masuk Islam lagi dan Umar bin Khaththab menjadikannya sebagai wakil di beberapa urusannya, begitu juga Utsman bin Altan sesudah wafatnya Umar bin Khaththab.
Abdulllah bin Hazhal adalah seorang yang berasal dari Bani Tamim bin Ghalib. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan untuk dibunuh karena awalnya ia seorang muslim dan Rasulullah mengutusnya sebagai petugas zakat ke salah satu daerah bersama salah seorang dari kaum Anshar dan mantan budak Abdullah bin Khaththal yang muslim. Ia berhenti di suatu tempat dan menyuruh mantan budaknya untuk menyembelih kambing serta membuat makanan untuknya. Kemudian, Abdullah bin Khaththal tidur. Saat ia bangun, ia mendapati mantan budaknya tidak membuatkan makanan apa-apa untuknya, lalu ia membunuhnya. Kemudian ia murtad dan menjadi seorang musyrik. Ia memiliki dua penyanyi bernama Fartana dan seorang temannya. Kedua penyanyi wanita itu bernyanyi menghina Rasulullah, oleh sebab itu beliau memerintahkan keduanya dibunuh bersama Abdullah bin Khathal.
Al-Huwairits bin Nugaidz bin Wahb bin Abdun bin Qushay. Ia termasuk salah seorang yang menyakiti Rasulullah di Makkah.
Ketika Abdullah bin Al-Abbas membawa kedua putri Rasulullah yaitu Fathimah dan Ummu Kultsum dari Makkah ke Madinah, kemudian hewan kendaraan yang mereka berdua tunggangi ditusuk lambungnya oleh Al-Huwairits bin Nuqaidz hingga mereka berdua terjatuh ke tanah.
Juga Miqyas bin Hubabah. Rasulullah memerintahkan untuk membunuh Miqyas bin Hubabah, karena ia telah membunuh salah seorang kaum Anshar yang membunuh saudaranya dengan tidak sengaja, selain itu, ia telah murtad dan pulang ke orang-orang Quraisy dalam keadaan musyrik.
Kemudian Sarah, mantan budak salah seorang dari Bani Abdul Muthalib, dan Ikrimah bin Abu Jahal. Sarah termasuk salah seorang yang menyakiti Rasulullah dari kalangan wanita saat di Makkah. Sedangkan Ikrimah bin Abu Jahal, ia melarikan diri ke Yaman, adapun istrinya, Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam, masuk Islam yang kemudian memintakan jaminan keamanan untuknya kepada Rasulullah dan beliau pun mengabulkan permintaannya. Setelah itu, Ummu Hakim binti Al-Harits pergi mencari suaminya ke Yaman hingga akhirnya berhasil membawanya kepada Rasulullah dan Ikrimah pun masuk Islam.
Abdullah bin Khathal dibunuh oleh Sa’id bin Harits Al-Makhzumi dan Abu Barzah Al-Aslami.
Sedangkan Miqyas bin Shubabah dibunuh oleh Numailah bin Abdullah, seorang yang berasal dari kaumnya sendiri.
Adapun dua penyanyi wanita Abdullah bin Khathal, salah satunya dibunuh, sedang yang lainnya melarikan diri, kemudian ia meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkan permintaannya.
Sajah juga meminta jaminan keamanan kepada Rasulullah dan beliau mengabulkannya. Kemudian dia pun hidup dalam keamanan hingga pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, ia diterjang oleh kuda milik seseorang di Al-Abthah sebuah lembah di Makkah, akhirnya ia meninggal dunia.
Adapun Al-Huwairits bin Nuqaidz dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib.
Saat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam berhenti di bagian atas kota Makkah, dua orang pamanku yang berasal dari Bani Makhzum lari menghapiri Ummu Hani’ –Saat itu, Ummu Hani’ dinikahi oleh Abu Habuirah bin Abu Wahb Al-Makhzumi– Adapun saudaranya, Ali bin Abu Thalib, menghampiriku dan berkata, “Demi Allah, aku akan membunuh dua orang ini.”
BACA JUGA:Â Ketika Nabi Kisahkan Seorang Sahabatnya yang Pernah Bertemu Dajjal
Ummu Hani’ pun segera menutup pintu rumah demi melindungi mereka berdua, dan ia pun pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam di bagian atas kota Makkah. Ummu Hani’ melihat beliau sedang mandi dengan menggunakan bejana yang padanya terdapat bekas adonan roti, dan Fathimah menutupinya dengan kain. Seusai mandi, beliau mengenakan pakaian lalu melaksanakan shalat Dhuha sebanyak delapan raka’at.
Kemudian beliau datang menemuinya dan bersabda, “Selamat datang wahai Ummu Hani, ada apa engkau datang ke sini?”
Ia pun menjelaskan kepada beliau perihal dua orang yang berada di rumahnya dan keinginan Ali bin Abu Thalib untuk membunuh keduanya. Lalu beliau bersabda, “Aku melindungi orang yang engkau lindungi dan memberi keamanan kepada orang yang engkau beri keamanan. Karena itu, jangan sekali-kali Ali bin Abu Thalib membunuh kedua orang tersebut.”
Kedua orang tersebut adalah Al-Harits bin Hisyam dan Zuhair bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah. []
Referensi: Sirah Nabawiyah perjalanan lengkap Kehidupan Rasulullah/ Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani/ Akbar Media