TAHUKAH Anda Momentum di tahun 622 M? Tahun 622 M menjadikan awal penanggalan di dalam islam (tahun Hijriyyah) Umar bin Khatab pun yang menjabat sebagai khalifah pada masanya.
Hal ini sebab tahun 622 M ini dianggap sebagai momen paling penting daripada peristiwa – peristiwa yang lainnya.
Peristiwa itu adalah hijrahnya Rasulullah ﷺ dari Mekkah menuju Madinah, lalu menegakkan sesuatu yang oleh para ulama tarikh dikenal dengan nama “Daulah Islam Nabawiyyah” atau disebut juga Negara Islam Nabi.
Selain daripada peristiwa hijrah yang fenomenal itu 622 M pun ditandai dengan perang besar antara Romawi melawan Persia, dan perang itu sangat luar biasa sebuah perang terdahsyat pada jamannya berperangnya dua Negara raksasa.
Pada saat itu para sahabat banyak menanyakan kepada Rasulullah tentang siapa yang akan memenangkan dalam peristiwa itu.
Rasul pun tidak menjawab pertanyaan para sahabat, karena tentulah Rasul tidak mengetahui kejadian di masa depan kecuali Allah mewahyukan kepadanya.
BACA JUGA: Kisah Ibnu Hudzafah dan Heraklius
Dan Allah lah yang menjawab dalam firman-Nya , “Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi, bagi Allah-Lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (QS. A-Rum: 2-4)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Romawi akan dikalahkan oleh Persia, namun Romawi akan berbalik meraih kemenangan setelah beberapa tahun.
Lantas apakah yang diwahyukan Allah benar adanya? Tentu, Allah menjawab bahwa Romawi awalnya kalah melawan Persia, Persia merayakan besar-besaran kemenangannya pada waktu itu, kemudian salib suci dirampas oleh kerajaan Persia.
Tepat tujuh tahun setelah Allah menurunkan ayat-ayat yang spektakuler itu, muncullah seorang pahlawan yang membalikkan keadaan perang. Dia berhasil memukul mundur pasukan Persia dan merebut kembali wilayah Romawi.
Pada 629 M, terbuktilah kebenaran firman Allah dalam perang Romawi dan Persia.
Pada 629 M saat Kaisar Heraklius sedang menikmati kemenangannya. Dia berdo’a dibawah salib suci yang baru saja direbutnya kembali dari Persia, dia tengah khusyuk berdo’a di Gereja Makam Kudus, tiba-tiba ia mendapat surat.
Terkejut bukan main Kaisar Heraklius menerima surat dalam bahasa Arab, di surat itu pula terdapat stempel yang bertuliskan “Muhammad Rasulullah”
Ternyata pada 629 M, Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengirimkan surat kepada seluruh pembesar-pembesar dunia. Tentunya termasuk kepada Heraklius Kaisar Romawi yang baru menang.
Dengan Nama Allah, pengasih dan penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraklius pembesar Romawi. Salam sejahtera bagi yang mengikuti petunjuk yang benar. Dengan ini saya mengajak Tuan menuruti ajaran islam. Terimalah ajaran islam, Tuan akan selamat. Tuhan akan memberi pahala dua kali kepada Tuan. Kalau Tuan menolak, maka dosa orang-orang Arisiyin (Eropa) menjadi tanggungan anda.
Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.Terkejut dengan isi surat yang sangat luar biasa itu, Heraklius un bertanya tentang siapakah Muhammad itu, kepada para pejabatnya,
kemudian pejabatnya itu menjelaskan secara detil tentang seorang pria dari bangsa Arab yang mengaku Nabi.
Heraklius yang sangat luas pengetahuannya itu, kemudian berpikir keras merenung, dan tertarik tentang Nabi Muhammad ﷺ.
Heraklius kemudian memerintahkan agar dibawakan kepadanya seorang Arab agar dia bisa mendengar langsung tentang Muhammad dari lisan orang Arab.
Pada saat itu, kebetulan ada seorang pedagang dari Arab Quraisy yang sedang berdagang di Yerussalem. Abu Sufyan namanya.
Beliau adalah paman Nabi sendiri yang kala itu belum mengenal islam. Kemudian dipanggillah Abu Sufyan dan dimintai pejelasan. Heraklius pun mendengarkan dengan seksama tentang sosok Muhammad.
Saat itu terjadilah yanya jawab yang mendalam antara Abu Sufyan dan Heraklius mengenai Rasulullah.
Maka Heraklius berkata kepada penerjemahnya, “Katakanlah kepadanya bahwa aku telah berkata kepadamu tentang keturunan orang itu. Kamu ceritakan bahwa orang itu dari keturunan bangsawan, begitu juga laki-laki itu dibangkitkan di tengah keturunan kaumnya. Dan aku tanya kepadamu, apakah pernah ada orang sebelumnya yang mengatakan seperti yang dikatakannya, kamu jawab tidak seandainya yang dikatakan ada orang sebelumnya yang mengatakannya tentu kuanggap orang ini meniru orang sebelumnya yang pernah mengatakan hal serupa.”
BACA JUGA: Kalahkan Pasukan Romawi, Ini Pidato Sultan Seljuk sebelum Bertempur
“Aku tanyakan juga kepadamu, apakah bapaknya ada yang dari keturunan raja, kamu jawab tidak. Aku katakana seandainya bapaknya dari keturunan Raja, tentu orang ini sedang menuntut kerajaan bapaknya. Dan aku tanyakan kepadamu apakah kalian pernah mendapatkan dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya, kamu menjawabnya tidak, sungguh aku memahami, kalau kepada manusia saja dia tidak berani berdusta apalagi berdusta kepada Allah, dan aku juga telah bertanya kepadamu, apakah yang mengikuti dia orang-orang terpandang atau orang-orang rendah? Kamu menjawab orang-orang yang rendah yang mengikutinya memang mereka itulah yang menjadi pengikut Rasul.”
Singkat cerita dia berkata, seandainya semua yang kamu katakana ini benar, pasti dia akan menguasai kerajaan yang ada di bawah kakiku ini.
“Dan bila benar apa yang dikatakan orang-orang soal Muhammad, maka dia seorang Nabi yang dikatakan dalam kitab kami.”
Heraklius pun mulai meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Nabi. []
Sumber: Khilafah (Remake)/Karya: Felix Y. Siauw/Penerbit: Alfatih Press