KAUM Tsamud adalah nama umat Nabi Shaleh. Mereka mendiami sebagian wilayah yang dulu pernah ditinggali kaum ‘Ad. Kaum ‘Ad telah diazab Allah akibat kesesatan dan pengingkaran mereka terhadap utusan Allah SWT. Mereka pun menolak ajakan untuk beriman kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman, “Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi….” (Q.S. Al-A’raaf [7]: 74)
Rupanya tempat tinggal kaum Tsamud sering dilewati dan disinggahi para pedagang. Tentu saja hal tersebut menguntungkan kaum Tsamud. Mereka pun menjadi makmur dan sejahtera.
Allah SWT juga menganugerahi mereka kecakapan ilmu memahat. Mereka bahkan bisa memahat gunung sebagai rumah untuk mereka tinggali.
BACA JUGA: Kaum Tsamud Meminta Nabi Shaleh untuk Tunjukkan Wujud Allah SWT
Allah SWT berfirman, “… Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-A’raaf [7]: 74)
Namun, semua keahlian dan kemakmuran itu ternyata membuat mereka menjadi umat yang lalai. Mereka menjadi kafir dan musyrik. Mereka menyembah berhala, serta banyak melakukan kejahatan dan kerusakan di muka bumi.
Semakin lama, kaum Tsamud semakin tersesat dan penuh dengan kemusyrikan. Maka, Allah SWT mengutus seorang hamba pilihan-Nya untuk memberi peringatan. Allah SWT mengutus Nabi Shaleh, seorang lelaki dari kaum Tsamud sendiri.
Allah SWT berfirman, “Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia….”‘ (QS. Al-A’raaf [7]: 73)
Nabi Shaleh berusaha keras mengajak kaumnya agar sadar dan meninggalkan penyembahan berhala.
“Wahai kaumku,” seru Nabi Shaleh, “Apa yang bisa kalian harapkan dari patung atau berhala-berhala ini?”
“Hai Shaleh,” balas mereka, “Akankah kamu mengejek dan menghina tuhan-tuhan berhala kami yang telah disembah oleh nenek moyang kita semua?”
“Aku tidak bermaksud mengejek, tapi mengajak dan menunjukkan kepada kalian jalan yang benar,” jawab Nabi Shaleh.
“Mengapa kamu melakukannya? Apa urusanmu?” tanya mereka, sengit.
“Karena sesungguhnya aku ini utusan Allah untuk menyeru, mengajak kalian agar beribadah kepada Tuhan yang satu, yaitu Allah SWT,” kata Nabi Shaleh.
Mendengar penjelasan Nabi Shaleh itu, mereka Iangsung tertawa. Mereka mengejek dan menganggap Nabi Shaleh sudah tidak waras.
“Kamu jangan mengada-ada, hai Shaleh! Paling kamu hanya ingin mencari keuntungan dari dakwahmu itu.” kata mereka.
“Aku berlindung dan berserah diri kepada Allah. Balasan untukku hanya dari Allah,” jawab Nabi Shaleh.
Nabi Shaleh terus berdakwah, meski kaum Tsamud semakin memusuhinya. Kesabaran yang merupakan sifat Nabi Saleh akhirnya membuahkan hasil. Sebagian kecil dari umatnya ada yang menjadi pengikut beliau. Hal itu membuat mereka yang ingkar dan memusuhinya menjadi gelisah. Kuil-kuil yang biasanya penuh, kini terlihat sepi.
“Pasti ini gara-gara orang tua gila itu!” kata mereka, geram. “Dia telah berhasil menghasut dan memengaruhi saudara-saudara kita. ini tidak boleh kita biarkan!”
“Betul.” sahut yang lain. “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
BACA JUGA: Ketika Nabi Melewati Rumah-rumah Kaum Tsamud
“Tidak ada cara lain, kita harus mempermalukan dia,” celetuk seseorang.
“Maksudmu apa?” tanya yang lain.
“Kita pergi ke rumahnya. Kita minta dia membuktikan diri bahwa dia memang benar seorang nabi. Tapi, aku yakin, dia pasti hanya seorang nabi palsu. Jadi, biarkan semua orang melihat kepalsuan dia,” jawab orang itu.
“Boleh juga idemu,” sahut yang lain.
“Jika semua orang tahu kepalsuan Shaleh, dia tak akan pernah lagi bisa membujuk kita semua,” ujar orang itu.
Akhirnya, mereka semua pergi mendatangi rumah Nabi Saleh. Tapi, rupanya Nabi Shaleh tidak ada di rumah.
“Hai, Shaleh! Rupanya di sini kamu,” kata mereka setelah menemukan Nabi Shaleh di dekat sebuah sumur. “Kami semua mencarimu untuk meminta bukti kenabian dan kerasulanmu.” []
BERSAMBUNG | SUMBER: DONGENG CERITA RAKYAT