NABI Shaleh diutus oleh Allah SWT untuk menyeru ke kaum Tsamud. Sebuah kaum yang mayoritas bekerja sebagai petani, penggali sumur dan penggembala. Salah satu kaum yang tak tercatat dalam sejarah suku Arab namun termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits. Mereka tinggal di sebuah lembah luas bernama Wadi Al-Qura.
Kaum Tsamud ingkar terhadap nikmat yang Allah berikan. Mereka tidak menyembah Allah, melainkan menyembah berhala. Siapapun yang menghalangi mereka menyembah berhala maka akan menjadi musuh mereka dan menghukumnya.
Beliau pun amat sedih melihat kelakuan kaum Tsamud yang menyembah berhala. Para penduduk pergi ke gunung begitu lama dan menyembah batu besar. Hal itu juga dilihat oleh anak cucu mereka dan akhirnya melakukan hal serupa; mereka mengelilingi batu besar kemudian menyembelih domba, berharap rahmat darinya. Sehingga apa yang dilakukan oleh penduduk tersebut terus mengakar.
BACA JUGA: Nabi Ibrahim: Sampaikan pada Isma’il Ganti Palang Pintu Rumahnya
Nabi Saleh tak tahan dan pergi menuju ke batu yang disucikan kaumnya. Kemudian beliau pun berkata, “Wahai kaumku, Sembahlah Allah. Tak ada Tuhan selain Dia.” Namun perkataan Nabi Saleh selalu ditentang oleh kaumnya. Bahkan mereka mengatakan bahwa Nabi Saleh telah gila. Kemudian, salah satu diantara mereka berkata, “Jika kau adalah Rasul Allah, dapatkah kau mengelurakan seekor unta betina hamil dari batu ini?”
Mereka tak akan percaya atas apa yang dikatakan Nabi Saleh hingga apa yang mereka mau tercapai. Nabi Saleh berkata, “Aku akan memohonkan kepada Allah. Jika Dia mengabulkannya, maukah kalian percaya bahwa hanya ada satu Tuhan? Maukah kalian pecaya bahwa aku adalah Rasul Allah yan diutus untuk kalian?” Mereka mengiyakan dan menunggu hingga hari besoknya sesuai janji Nabi Saleh.
Mukjizat Nabi Saleh
Esoknya, Nabi Saleh pergi ke gunung tempat batu itu berada. Sedangkan para kaumnya berkumpul di sekitaran batu itu. Mereka melihat Nabi Saleh mengucapkan beberapa patah kata sembari menengadahkan tanggannya di langit. Dengan harap-harap cemas, semua menunggu akan datangnya keajaiban.
Tiba-tiba Nabi Saleh bangkit dan menunjuk ke arah batu. Terdengar suara keras dan batu itu pecah hingga keluarlah seekor unta betina indah sedang hamil. Orang-orang begitu menyukainya. Mereka semua menundukkan kepala memuliakan Allah. Mereka tidak banya namun keyakinan mereka seteguh batu tempat unta keluar. Itulah yang menjadi simbol risalah kenabian dari Nabi Saleh.
Tiga hari berselang, unta betina itu melahirkan seekor unta jantan. Unta jantan pun selalu mengikuti induknya kemanpun perginya. Kedua unta itu merupakan simbol kasih sayang. Keduanya hidup di sebuah lembah luas yang mana dari lembah tersebut keduanya makan tumbuh-tumbuhan serta minum dari mata air. Susu dari unta betina itu amatlah lezat untuk semua penduduk.
Pengingkaran Risalah Kenabian
Ada sebagian yang tetap mengingkari risalah kenabian dari Nabi Saleh. Mereka adalah orang-orang kaya yang dzalim. Ada sembilan orang yang paling sombong dan hendak membunuh unta yang merupakan mukjizat Nabi Saleh. Mereka merencanakan hal tersebut saat penduduk tidur sembari mabuk dan makan sekenyang-kenyangnya.
Mereka berunding bagaimana membunuh dan siapa yang akan membunuh unta Nabi Saleh. Salah satu di antara mereka mengusulkan untuk memanggil Qaydar, seorang yang tak mengenal belas kasihan. Mereka menyepakatinya dan memanggil Qaydar malam itu juga serta menjelaskan rencana mereka kepadanya. Qaydar begitu semangat dan hendak berangkat untuk membunuh unta Nabi Saleh. Namun mereka melarangnya karena mereka menginginkan eksekusi rencana pada esok hari.
Keesokan harinya, saat unta betina dan unta jantan menuju padang rumput yang hijau, tempat biasa kedua unta itu pergi, unta-unta itu dihadang oleh Qaydar. Qaydar menghunuskan pedangnya namun unta itu berontak sehingga Qaydar memukulnya hingga roboh. Saat itulah Qaydar membunuhnya tanpa belas kasihan. Kesembilan orang itu juga tak mau melewatkan kesempatan. mereka turut menghujamkan pisaunya ke tubuh unta tersebut kemudian memutilasinya menjadi beberapa potongan.
Tak puas dengan hanya unta betina, mereka pun mengejar anak unta betina. Merasa tak melihat tempat persembunyian, unta jantan pasrah sembari mengeram tiga kali. Tak bisa dielakkan, pedang Qaydar terhunus pada unta jantan. Mereka semua puas telah melampiaskan dendam kepada Nabi Saleh dengan membunuh kedua unta tersebut.
BACA JUGA: Bolehkah Seorang Wanita Bicara dengan Laki-Laki Ajnabi via Telepon?
Ketika Nabi Saleh dan pengikutnya hendak melihat unta, mereka tak menemukannya kecuali tanah yang berlumuran darah. Seketika itu pula, awan hitam muncul di kaki langit. Nabi Saleh berkata, “Nikmatilah rumahmu selama tiga hari ini, karena Allah akan menimpa kalian. kalian telah menindas orang lain, mengingkati ajaran Allah, dan membunuh unta betina-Nya. Kalian juga tidak menyukai kebaikan.”
Kaum Tsamud tidak mau meminta maaf kepada Nabi Saleh meski mereka telah membunuh unta betina itu. Mereka juga tak mau bertobat kepada Allah. Bahkan mereka mengadakan pertemuan lagi, berencan untuk membunuh Nabi Saleh dan keluarganya. Kemudian mereka juga akan menyiksa para pengikutnya.
Sebelum mereka melakukan pembunuhan lagi, peistiwa aneh terjadi. Awan hitam berkumpul di langit sehingga lembah dan pegunungan benar-benar gelap gulita. Ketika tengah malam, petir manghantam sangat kuat dan menghancurkan kaum Tsamud tanpa tersisa kecuali Nabi Saleh dan pengikutnya. Dan begitulah akhir dari kehidupan kaum Tsamud. []
SUMBER: ISLAMI