تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.” (HR. Bukhari)
DALAM hadist di atas Nabi menyebutkan ada orang yang menjadi hamba dinar, hamba dirham padahal semuanya adalah harta yang fana yang ada di dunia ini. Ia menjadi hamba rupiah, hamba riyal atau hamba dollar, sampai-sampai dia mengatakan:”Time is money.”
Semuanya berkutat untuk mengejar dunia beserta isinya, orang yang seperti ini kata Nabi SAW adalah orang yang celaka karena seluruh waktunya, kebahagiaannya, kesedihannya, tawa, tangisannya, waktunya ia berikan untuk dunianya dan ia lupa terhadap akhiratnya, jadi ia mempersiapkan sesuatu yang tidak bisa dibawa ke kampung akhirat.
BACA JUGA: Bukan Fakir Miskin Tapi Enggan Zakat, Ini Hukumannya di Hari Kiamat Kelak
Termasuk orang yang diperbudak oleh dunia adalah model atau wanita yang mengoleksi semua jenis barang tertentu seperti sepatu di mana satu lemari penuh dengan sepatu, ada yang mengoleksi jam tangan yang bermerek, setiap ia berkunjung ke suatu negara pasti yang ia beli jam tangan, padahal semua jam menunjukkan waktu yang sama tidak lebih dan tidak kurang, ada yang mengoleksi semua jenis batu cincin, dan lain sebagainya.
Orang-orang mengeluarkan harta yang banyak untuk itu, terkadang kita menemukan baju yang dijual di mall yang jenisnya sama yang dijual di pasar tapi harganya berlipat-lipat ketika dijual di mall padahal kualitasnya sama. Barang tersebut jadi mahal larena gengsi dan penjualnya juga pandai ia mengatakan:”Sama kelihatan pak tapi beda mutunya.” Padahal tidak ada bedanya.
Jika kita disibukkan dengan hal yang seperti ini sampai mengeluarkan harta yang berlebih apalagi ada yang sampai takalluf (memberat-beratkan diri) untuk ini itu ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya karena Nabi SAW telah mencela orang yang diperbudak oleh dunia. Jika dia mendapatkannya dia senang dan ridha dan jika dia tidak mendapatkannya dia murka dan tidak ridha. Mereka yang berlomba mendapatkan dunia adalah sifat orang-orang munafik, sebagaimana yang Allah SWT sebutkan dalam Al-Qur’an:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (QS. At-Taubah: 58)
BACA JUGA: Ini Bedanya Zakat, Infak dan Sedekah
Jadi orang munafik di zaman Nabi SAW ternyata masih ada sampai sekarang ini. Jika ada orang yang beriman dengan harta yang sedikit yang ia infakkan mereka mengatakan: ”Harta yang sedikit itu untuk apa? Tidak bisa membeli apapun“ ini ciri orang munafik. Tetapi jika orang berinfak dengan harta yang banyak mereka berkata: ”Orang ini berinfak tidak lain karena untuk riya (mau dikata atau ingin mendapakan pujian) maka turun ayat di atas.
Sebagian sahabat ada yang tidak bisa bersedekah kecuali hasil keringat mereka atau membawa beberapa kurma lalu dibawa ke Nabi SAW, mereka mengatakan:”Ini tidak ada gunanya tidak mengenyangkan dan tidak menghilangkan dahaga“, padahal kita ini bermuamalah bukan dengan manusia tetapi kita bermuamalah dengan Allah SWT. []
SUMBER: MIM