SEORANG wanita yang ahli ibadah, zuhud, taat pada Allah, serta mudah dikabulkan do’a-do’anya. Tekun dalam beribadah hingga Allah SWT memberikan padanya banyak kemuliaan. Beliaulah Nafisah, wanita shalihah putri dari Al-Hasan bin Zaid bin Hasan, cucu dari Rasulullah SAW. Beliau merupakan salah satu guru perempuan Imam Syafii.
Ia lahir pada tahun 145 H. di Makkah. Ayahnya adalah seorang gubernur Madinah pada zaman Khalifah Al-Manshur, sehingga ia tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW. tersebut. Namun, setelah itu ayahnya dipecat dan dipenjara selama setahun. Kemudian ayahnya bebas pada pemerintahan khalifah Al-Mahdi. Bahkan khalifah Al-Mahdi sangat memuliakan ayahnya, mengembalikan seluruh kekayaannya, serta memberangkatkan haji bersamanya.
BACA JUGA: Ketika Nafisah Sampaikan Lamaran Khadijah kepada Muhammad
Setelah Nafisah menikah dengan Ishaq bin Ja’far bin Muhammad As-Shadiq, ia pindah ke Kairo, Mesir pada tanggal 26 Ramadhan 193 H, 5 tahun sebelum Imam Asy-Syafi’i datang ke kota itu. Penduduk Mesir menyambutnya dengan takbir dan tahlil. Mereka menyambutnya dan menimba ilmu darinya hingga waktunya menjadi penuh, hampir-hampir menghalanginya dari kebiasaan ibadah yang dilakukannya.
Perempuan yang hafal Alquran ini pernah menjalankan ibadah haji sebanyak 30 kali. Ia juga dikenal sebagai perempuan yang ahli di bidang tafsir dan hadis, meskipun ia adalah seorang ummi (tidak dapat membaca dan menulis).
Namun beliau banyak mendengar hadis, sehingga ia tergolong perempuan pengajar hadis. Bahkan seorang ulama hebat mujtahid mutlak pendiri mazhab Syafii, yakni Muhammad bin Idris As-Syafii pun pernah belajar kepada beliau.
Dan saking dekatnya dengan muridnya tersebut, sampai ketika Imam Syafii meninggal dunia, jenazahnya dimasukkan ke rumah Nafisah, agar ia dapat mensalati jenazah muridnya itu. Berkat kealimannya tersebut pun akhirnya banyak ulama yang mengunjunginya untuk berguru kepadanya.
BACA JUGA: Awal Khadijah Jatuh Cinta kepada Rasulullah
Penduduk Mesir pun diselimuti duka mendalam saat mendengar wafatnya Nafisah. Sang suami berniat hendak menguburkan istrinya di makam Baqi’ di kota Madinah, namun penduduk Mesir bersikukuh dan memintanya agar menguburkannya di Mesir. Di hari pemakamannya, manusia penuh berdesak-desakan mengantarkannya.
Demikianlah biografi singkat Nafisah, guru perempuan Imam Syafii. Meskipun ia tergolong ummi, tidak dapat membaca dan menulis, namun hal itu tidak menyurutkannya untuk mau mengikuti majilis-majlis ilmu hingga membuatnya alim khususnya di bidang tafsir dan hadis. WaAllahuA’lam. []