SEORANG ayah punya pekerjaan sangat penting dan sibuk bekerja berjam-jam sehingga sering pada akhir pekan pun, ia tetap bekerja. Pada suatu hari Ahad, anak perempuannya terbangun sebelum shubuh dan, saat mendengar ayahnya membuka pintu depan untuk pergi ke kantor, anak perempuan itu berlari dan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya:
“Kenapa ayah harus pergi kerja hari ini? Inikan hari libur, kita bisa bermain … ”
“Ayah tidak bisa. Ayah ada beberapa hal penting yang harus dikerjakan. ”
Si anak perempuan mendongak dan menatap wajah ayahnya, “Mengapa hal-hal itu begitu penting, ayah?”
“Nah, karena jika ternyata hasilnya bagus, hal-hal ini akan sangat berarti bagi perusahaan ayah bekerja.”
“Dan mengapa hal-hal itu sangat berarti?”
“Karena perusahaan akan menghasilkan banyak uang, dan ayah bisa naik jabatan, sayang ….”
Si anak peremuan masih memandang ayahnya, “Dan mengapa ayah ingin perusahaan menaikkan jabatan ayah?”
Ayahnya mengangkat alis, kemudian menjawab, “Nah, supaya ayah memiliki pekerjaan yang lebih baik dan menghasilkan lebih banyak uang.”
“Wow, ayah hebat!” ujar anak perempuan itu. “Kalau ayah sudah punya pekerjaan yang lebih baik, apakah ayah bisa bermain dengan aku?”
Sang ayah berpikir sebentar, sedangkan si bocah perempuan itu meneruskan pertanyaannya.
“Dan mengapa ayah perlu menghasilkan lebih banyak uang?”
“Anakku,” ujar ayahnya dengan suara agak parau, “Supaya kita bisa memiliki rumah yang lebih besar dan lebih baik, dan agar engkau bisa memiliki lebih banyak mainan.”
Anaknya tersenyum, “Dan apa yang akan kita butuhkan untuk rumah yang lebih besar? Misalnya buat aku? Mainan lagi?”
“Ya anakku, karena dengan rumah yang lebih besar kita akan lebih nyaman dan kita bisa melakukan lebih banyak hal.”
Anak perempuan itu berpikir sebentar, lalu tersenyum. “Apakah kita bisa melakukan lebih banyak hal bersama? Asyik sekali kan, ayah! Sok aja ayah kerja sekarang ke kantor. Aku akan menunggu sampai kita memiliki rumah yang lebih besar.”
Mendengar ini, sang ayah menutup pintu depan, dan tidak jadi pergi. Anak perempuannya tumbuh dengan sangat cepat. Sang ayah melepaskan jaketnya, meletakkan laptop dan laporannya, dan duduk bersama anak perempuannya dan membuat mie instan dan segelas coklat. Berdua saja. Sementara di luar, hujan pagi hari mulai turun.
Anak perempuannya, yang masih terkejut, berkata: “Ayah mau bermain denganku hari ini?”
Ayahnya pura-pura menyeringai, “Hmmm…. Kayaknya sih, naik jabatan dan rumah baru yang lebih besarnya bisa nunggu beberapa tahun lagi …”
Sang anak perempuan mengecup kening ayahnya. []