Oleh: Erna Ummu Azizah (Komunitas Peduli Generasi dan Umat)
ernaazizah212@gmail.com
Dari pemberitaan media internasional, perlakuan diskriminatif dan tindakan represif pemerintah China terhadap Muslim Uighur begitu menyayat hati, dan sebenarnya hal ini sudah berlangsung cukup lama.
Bahkan berdasarkan hasil investigasi UN Committee on the Elimination of Racial Discrimination dan Amnesty International and Human Rights Watch yang dikeluarkan pada Agustus lalu, sekitar dua juta warga Uighur ditahan otoritas China di penampungan politik di Xinjiang.
Banyak para tahanan yang dipenjara untuk waktu yang tak ditentukan dan tanpa dakwaan. Bahkan ironisnya, penahanan tersebut tidak sedikit yang berujung pada penyiksaan, kelaparan, dan kematian.
Baca Juga: Uighur dan Eksistensi Indonesia dalam Perdamaian Dunia
Tapi sayangnya belum ada negara-negara Muslim, termasuk Indonesia yang berani mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri kedzoliman ini. Padahal Allah Swt berfirman:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” (QS al-Anfal [8]: 72).
Maka muslim mana yang bisa tenang melihat kondisi seperti ini, dimana ketika saudaranya dianiaya namun tak bisa berbuat apa-apa. Sepercik nasehat ibu untuk anaknya, semoga bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Nak, kata Nabi SAW, sesama mukmin itu ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka yang lain ikut merasakan. Muslim Uighur di China, meski berbeda bangsa namun kita bersaudara.
Hari ini penguasa mereka telah berbuat kezaliman yang keji. Dan itu adalah kemaksiatan besar yang tidak boleh dibiarkan. Kata Nabi Shallallahu `alaihi Wa Sallam, jika kita melihat kemaksiatan, maka cegahlah dengan tangan (kekuasaan). Jika tak mampu, maka cegahlah dengan lisan. Jika tak mampu juga, maka cegahlah dengan hati, namun itulah selemah-lemah iman.
Baca Juga: Saat Hendak Shalat Dzuhur, Peserta Aksi Bela Uighur Wonosobo Diserang
Nak, kita memang tak punya kuasa apa-apa. Tapi setidaknya kita masih punya lisan untuk melakukan pembelaan. Kita seru penguasa-penguasa Muslim agar mereka mau menolong saudara-saudara kita disana. Karena merekalah yang punya kuasa untuk mengakhiri kedzoliman ini.
Andai mereka tetap ‘bungkam’, tak mau ambil tindakan. Yakin, Allah sebaik-baik pemberi balasan. Allah lah yang Maha menjadi saksi bahwa kita telah berusaha semampu yang kita bisa. Ingatlah, Uighur itu saudara kita. Di hadapan Allah nanti mereka akan bertanya “Ya Allah, dimana saudara-saudara kami? Ketika kami didzolimi, apa yang telah mereka lakukan untuk menolong kami?”
Nak, tetaplah semangat amar ma’ruf nahi mungkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan tak lupa berdoa. Semoga pertolonganNya segera datang. Aamiin Ya Allah Ya Robbal ‘aalamiin. []