KENTUCKY — Mendiang Muhammad Ali, seorang petinju legendaris dunia, namanya kini diabadikan sebagai nama bandar udara (bandara) di negara bagian Kentucky, Amerika Serikat (AS). Bandara yang dimaksud sebelumnya bernama Louisville International Airport. Kini, berganti menjadi Louisville Muhammad Ali International Airport.
Seperti dilansir CBS News, Rabu (16/1/2019), Louisville merupakan kota kelahiran petinju kelas berat tersebut. Atlet yang berjulukan “the Greatest” itu sampai kini merupakan satu-satunya juara dunia kelas berat sebanyak tiga kali. Dia meraih gelar tersebut pada 1964, 1974 dan 1978.
BACA JUGA: Harga Sarung Tinju Bekas Muhammad Ali
Keputusan untuk penamaan ulang bandara itu terjadi setelah Dewan Otoritas Bandara Regional Louisville mengadakan jajak pendapat pada 16 Januari 2019 atau satu hari menjelang ulang tahun Muhammad Ali yang ke-77.
Pemungutan suara itu menghasilkan putusan, yakni mengubah nama bandara kebanggaan kota tersebut menjadi “Muhammad Ali.”
“Muhammad Ali sudah menjadi milik dunia, tetapi dia hanya punya satu kampung halaman. Dan syukurlah, kampung halamannya itu adalah kota kita tercinta, Louisville,” kata Wali Kota Louisville, Greg Fischer, dalam sebuah rilis.
Rilis yang sama mengungkapkan, perlu studi satu tahun lamanya untuk menentukan apakah bandara itu perlu berganti nama atau tidak. Walaupun berubah nama, kode bandara itu tetap seperti sediakala menurut Asosiasi Penerbangan Internasional (IATA), yakni SDF.
Yolanda “Lonnie” Ali mengapresiasi langkah pemerintah kota Louisville itu. Menurut janda dari Muhammad Ali itu, almarhum suaminya sudah menjadi “warga dunia” karena ketenaran yang diperolehnya tidak hanya dari atas ring tinju, tetapi juga berbagai aktivitas kemanusiaan, anti-rasisme, dan anti-penindasan. Namun, hati Muhammad Ali tetap terpaut pada kota kelahirannya, Louisville.
“Dia (Muhammad Ali) tidak pernah melupakan kota ini yang telah memberikan kesempatan pertama. Ini (penamaan ulang bandara Louisville –Red) adalah testamen atas legasinya selama hidup,” kata Lonnie Ali dalam rilis tersebut.
Muhammad Ali lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr pada 17 Januari 1942. Sejak awal kariernya sebagai petinju, dia sudah dikenal sebagai figur yang inspiratif dan berpengaruh tidak hanya di dunia olah raga, tetapi juga sosial dan politik.
Dia sangat membenci rasisme dan kekerasan negara. Pada 1966, misalnya, Ali menolak mengikuti wajib militer. Dia juga mengecam keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.
“Saya tidak punya kebencian terhadap seorang pun Viet Cong. Tidak ada seorang Vietnam pun yang pernah memanggil saya dengan sebutan ‘negro’,” kata-katanya yang sering dikutip.
Oleh karena “pembangkangan” itu, Ali dipaksa menerima skors, sehingga gelar juaranya dicabut oleh Komisi Tinju. Bagaimanapun, dia kemudian berhasil memenangkan banding di Mahkamah Agung AS, sehingga gelarnya itu pulih pada 1971.
BACA JUGA: Mengenang Lagi Muhammad Ali, Letakkan Kebesaran Prestasinya setelah Masuk Islam
Muhammad Ali pertama kali ke Indonesia pada 20 Oktober 1973 dalam rangka untuk mengikuti pertandingan tinju melawan Rudie Lubbers. Duel kelas berat itu dihelat di Istora Senayan, Jakarta, dan dimenangkan petinju Muslim tersebut. Tahun 1964 menjadi masa yang penting karena pada saat itulah dia memutuskan untuk memeluk Islam.
“Cassius Clay adalah nama seorang budak. Saya bukan yang memilih itu, dan juga saya tidak menghendakinya. Saya sekarang Muhammad Ali, itu nama orang bebas. Artinya, ‘yang disayangi Tuhan’. Dan saya ingin agar orang-orang memakai nama itu kapan pun mereka membicarakan saya atau berbicara dengan saya,” demikian kata Muhammad Ali semasa hidupnya. []
SUMBER: CBS NEWS