PEMERINTAH Bani Umayyah pada masa Al-Hajjaj bin Yusuf terkenal penyimpangan, kedzaliman dan kekejiannya sehingga sebagian rakyatnya berusaha mengadakan pemberontakan yang dipimpin oleh AbdurRahman bin Muhammad bin Al-Asy’ats Al-Kindi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnul Al-Asy’ats (wafat 84 H / 704 M).
Al-Hasan Al-Basri rahimahullah ketika diajak ikut serta dalam pemberontakan Beliau menolak seraya memberikan nasehat yang amat sangat mulia dan sungguh patut untuk menjadi bahan renungan.
Beliau menasehatkan:
يا أيها الناس! إنه والله ما سَلَّط الله الحجاج عليكم إلا عقوبة، فلا تعارضوا عقوبة الله بالسَّيف، ولكن عليكم السَّكينة والتضرُّعَ.
Artinya:
“Wahai manusia! Sesungguhnya demi Allah, tiadalah Allah menjadikan Al-Hajjaj berkuasa atas kamu melainkan sebagai hukuman. Maka janganlah kamu melawan hukuman Allah dengan pedang, akan tetapi hendaklah kamu tenang dan tunduk merendahkan diri (bertaubat kepada Allah)”.
[Riwayat Ibnu Sa’ad dalam “Ath-Thabaqat” 7/164]
وكان الحسن البصري رحمه الله يقول :
“إن الحَجَّاج عذابُ الله، فلا تدفعوا عذاب الله بأيديكم، ولكن عليكم بالاستكانة والتضرع ” فإن الله تعالى يقول:
{وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ} ” (المؤمنون 76)
Dalam redaksi lain Al-Hasan Al-Basri rahimahullah mengatakan:
“Sesungguhnya Al-Hajjaj adalah azab Allah, Maka janganlah kamu melawan azab Allah dengan tangan-tanganmu, akan tetapi hendaklah kamu tunduk kepada Allah, dan memohon (kepadaNya) dengan merendahkan diri, karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (QS. Al-Mukminun: 76)
Inti nasehat Beliau, pemimpin itu adalah cermin masyarakat, jangan bermimpi mendapat pemimpin yang baik jika kita masih buruk, saling bermusuhan dan bertikai sendiri. Pemimpin yang buruk adalah diantara bentuk hukuman dan azab Allah kepada kita karena dosa-dosa kita. Hukuman dan azab Allah tidak bisa kita lawan dengan kekuatan, akan tetapi hendaklah kita bertaubat kembali kepada Allah dan memperbaiki diri kita. Inilah solusinya!
Mereka tidak mau mendengar nasehat Al-Hasan Al-Basri rahimahullah bahkan menuduh Beliau dengan berbagai macam tuduhan buruk dan tetap melakukan pemberontakan terhadap Al-Hajjaj bin Yusuf.
Hasilnya?
Para pemberontak itu binasa dan pemimpin pemberontak itu (Ibnul Asy’ats) tewas mengenaskan. Itulah hasilnya!
Hasilnya, mereka menyesal seraya mengatakan:
يا ليتنا كنا أطعناه، يا ليتنا كنا أطعناه.
Artinya:
“Aduhai, kiranya kami dahulu menaatinya, Aduhai, kiranya kami dahulu menaatinya”.
[Riwayat Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dalam “Az-Zuhud” 1/474]
Mereka menyesal karena tidak menaati nasehat Al-Hasan Al-Basri rahimahullah untuk tidak melakukan pemberontakan, akan tetapi nasi sudah menjadi bubur, sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.
Para Ulama rahimahullah berdasarkan pengalaman mereka mengatakan bahwa pemberontakan itu tidak menjadikan agama tegak dan justru menghancurkan dunia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam kitabnya “Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah 3/ 527-531” setelah memberikan contoh yang banyak tentang fitnah pemberontakan, Beliau menyebutkan hasil dan kesimpulan dari semua itu:
” فلا أقاموا ديناً ولا أبقوا دنيا”.
Artinya;
“Mereka tidak bisa menegakkan agama dan tidak pula menyisakan dunia”.
Maksudnya, hasil dari semua pemberontakan dan fitnah yang terjadi hanya menyebabkan kehancuran segalanya. Agama tidak bisa ditegakkan dan dunia menjadi hancur. Jadi, hancur semuanya. Silahkan lihat contoh nyata yang sedang terjadi saat ini di banyak negara.
Apakah Indonesia menjadi lebih baik setelah lengsernya Soeharto?
Apakah Iraq menjadi lebih baik setelah jatuhnya Saddam Hussein?
Apakah Libya menjadi lebih baik setelah tumbangnya Muammar Khadafi?
Bagaimana pula dengan Suriah, Yaman dan lainnya ?
Kita juga perlu mewaspadai Perang Proksi atau Proxy War, yaitu perang terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dalam bahasa Jawa disebut; nabok nyilih tangan, artinya memukul dengan meminjam tangan orang lain.
Ancaman Perang Proksi ini sangat berbahaya karena pihak yang memiliki kepentingan tidak langsung berhadapan dan musuh tidak diketahui.
Mari kita waspada dan berpikir panjang sebelum bertindak, apakah mendatangkan kebaikan atau justru menimbulkan kerusakan yang lebih besar lagi.
Demikian sekelumit nasihat cinta dari lubuk hati terdalam untuk Indonesia dan kita semua. Semoga Allah jaga dan lindungi kita semua dan Indonesia kita dari semua keburukan dan siapa saja yang bermaksud buruk, aamiin ya Robb. []
Akhukum Fillah
Abdullah Sholeh Hadrami
Ingin download video, audio dan tulisan serta info bermanfaat ? Silahkan bergabung di Channel Telegram:
Channel YouTube:
https://www.youtube.com/user/MTDHK050581
Website:
www.hatibening.com
Instagram @sahabatabdullahhadrami