SUATU hari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah duduk di bawah sebuah pohon, di dekatnya terlihat seekor semut menghampiri seonggok sayap belalang. Semut itu berusaha membawanya, tapi tidak berhasil karena beratnya beban. Lalu ia pergi memanggil kawan-kawannya.
Beban yang tak dapat dipikul sendiri harus ditanggung sama-sama, gotong royong, dan saling membantu satu sama lain. Inilah insting yang diberikan Penguasa Semesta kepada makhluk kecil yang namanya abadi dalam sertifikat langit.
Tak lama kemudian datang serombongan besar semut menuju tempat di mana sayap belalang itu berada. Saat rombongan semut itu tiba, Ibnu Qayyim segera mengangkat sayap belalang tersebut. Rombongan itu mencarinya, melihat kiri dan kanan, memerikasa ke sana dan ke sini sesuai keterangan kawannya yang satu tadi. Tapi nihil, yang dicarinya tidak ketemu.
BACA JUGA: Fakta Luar Biasa Semut
Rombongan semut itu kembali ke sarangnya setelah usaha pencarian yang melelah tersebut. Tapi ada seekor semut yang tak kembali ke sarangnya. Ia tak kenal lelah, tak putus asa, dan tak mau menyerah pada keadaan. Ia yakin sayap belalang itu masih ada. Nampaknya inilah semut pertama yang memberitahu kawan-kawannya.
Ibnu Qayyim menaruh kembali sayap belalang itu, dan sang semut sangat gembira melihatnya. Lalu sayap itu dipikulnya sendirian, tapi usahanya sia-sia karena beban yang dipikulnya di luar kemampuannya, terlalu berat untuk ukuran badannya yang mungil.
Semut yang satu ini kembali menemui kawan-kawannya,meyakinkan mereka dan mengajaknya memikul sayap belalang itu sama-sama. Tapi mereka enggan, mereka ragu karena pada kali pertama tadi mereka tak menemukan apa-apa.
Semut pertama berusaha meyakinkan kawan-kawannya, dan berkat kegigihannya ini sebagian di antara mereka ada yang percaya. Lalu keluarlah serombongan semut dengan jumlah yang lebih sedikit dari rombongan pertama, mereka segera menuju tempat yang dimaksud.
Begitu hendak tiba, Ibnu Qayyim segera mengangkat sayap belalang tersebut. Rombongan semut itu tak menemukan benda yang di maksud di tempat yang mereka tuju, tapi mereka tak menyerah, mereka mencari ke sana ke mari hingga lelah.
Setelah susah payah, mereka pun kembali ke sarangnya dengan kecewa. Tapi ada seekor semut yang tetap sabar, ia yakin dengan apa yang dilihatnya tadi, ia tidak berbohong pada teman-temannya.
Dalam keyakinan yang memuncak, Ibnu Qayyim menaruh kembali sayap belalang itu. Sang semut yang melihatnya diliputi gembira, lalu bergegas pergi ke sarang untuk memberitahukan kawan-kawannya. Cukup lama sang semut meyakinkan kawan-kawannya. Tapi sayang mereka tak ada yang percaya, kecuali tujuh ekor kawannya saja.
Rombongan yang berjumlah tujuh ekor semut ini pun segera menuju tempat yang dimaksud, dan saat mereka hendak tiba, Ibnu Qayyim segera mengangkat sayap belalang itu. Tujuh ekor semut itu kecewa karena mereka tidak menemukan sayap belalang sebagaimana dikatakan semut pertama. Mereka marah, mengepung dan merempuk temannya yang satu ini.
Lantan apa yang terjadi?
Tujuh ekor semut itu menghabisinya, merobek perutnya, memotong badannya, mematahkan tubuhnya, dan memenggal kepalanya. La Ilaha Ila Anta, Subhanaka Inni Kuntum Minaddzalimin.
Setelah kejadian itu, Ibnu Qayyim menjatuhkan sayap belalang tersebut ke tengah-tengah mereka. Saat mereka melihatnya, ada sesal yang meliputi tujuh ekor semut tersebut. Mereka mengerumuni kawannya yang sudah mati, melihatnya, dan memerahatikannya diliputi penyesalan. Namun yang terjadi tak bisa diulang kembali, yang ada tinggal nestapa,
kenangan dan kesedihan yang melanda.
BACA JUGA: Pentingnya Guru Panutan
“Peristiwa itu membuatku takjub dan turut bersedih,” tutur Ibnu Qayyim, “Lalu aku mendatangi Sayaikhul Islam Ibnu Taimiyah ra dan menceritakan kisah itu.”
.
Ibnu Taimiyah menasihati, “Semoga Allah mengampunimu, tapi jangan ulangi lagi sikap itu. Adapun kisah yang engkau sampaikan kepadaku, maka Maha Suci Allah yang telah mengajarkan semut tentang buruknya dusta dan hukuman buatnya.”
Maha Suci Allah dengan segala keagungan-Nya, “Tha Siin. Inilah ayat-ayat al-Quran dan kitab yang jelas, petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS An-Naml [27]: 1-2)
Melalui semut, Allah mengajari kita tentang baik sangka, kehati-hatian, pengertian dan kejujuran. Inilah hikmah pentingnya kerjasama, gotong royong, dan tolong menolong. Juga pelajaran tentang buruknya dusta dan hukuman tentangnya.
Lahaula Wala Quwwata Ila Billahil ‘Aliyil Adzim. Ya Allah, ampunilah kami. []