Oleh: Alexander Zulkarnaen,
Ketua Deputi Humas IKADI SUMUT
NABI kita Muhammad SAW sebagai penghulunya para Nabi pernah mendapat nasihat dari penghulunya para Malaikat, yakni Jibril as. Nasihat ini sejatinya ditujukan kepada kita semua sebagai umat akhir zaman. Nasihat cerdas yang tercantum jelas dalam kitab Hadis al-Mu’jam al-Ausath Imam ath-Thabarani, Hilyatul Auliyaa Imam Abu Nu’aim dan al-Mustadrak Imam al-Hakim ini sangat penting dijadikan bekal mengarungi kehidupan agar tidak tersesat di jalan ataupun menyesal karena tak sesuai harapan.
Rasulullah SAW pernah bersabda dari Sahl bin Sa’ad, “Jibril mendatangiku lalu berkata,’Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.”
BACA JUGA: Ini yang Malaikat Jibril Senangi Jika Menjadi Penghuni Dunia
Nasihat pertama, hiduplah sesukamu tapi ingat engkau pasti akan mati. Kita diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, mau taat atau maksiat. Mau menjadi orang jujur atau penipu. Mau menjadi pemimpin adil atau zalim. Silahkan berbuat sesuka hati.
Kematian akan memutuskan semua kelezatan hidup. Jangan pernah berpikir seolah kita hidup selamanya. Karena semua yang ada di alam fana ini pasti akan hancur, hatta malaikat sang pencabut nyawa pun akan mati. Semuanya akan binasa kecuali Zat Allah Yang Maha Kuasa.
Maka cukuplah mati sebagai nasihat yang datangnya tidak menunggu tobat kita. Mati menghampiri tidak menunggu tua, karena berapa banyak muda belia sudah tiada. Sakit juga bukan penyebab kematian, karena banyak yang sehat segar bugar seketika terkapar menemui ajalnya. Amar bin Yasir ra pernah mengatakan, “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat dan pelajaran.” (Kitab Aina Nahnu Min Haa-ula-i).
Ketahuilah, kematian juga bukan akhir segalanya tapi awal sebuah pertanggungjawaban. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban” (QS. Al Isra: 36).
Nasihat kedua, cintailah siapa saja yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Cinta itu fithrah manusia. Cinta keluarga, harta, jabatan dan kepada semua mahkluk. Tapi ingat, jangan sampai cinta itu melebihi cinta kepada Allah SWT. Karena semuanya pasti meninggalkan kita, atau kita yang lebih dulu meninggalkannya.
Sungguh menyakitkan ketika berpisah dengan yang dicinta. Berpisah karena kematian atau karena pengkhianatan pasti meninggalkan duka mendalam. Maka pastikan cinta sejati kita adalah cinta kepada Allah, Zat yang tidak akan pernah berpisah dan tak pernah meninggalkan kita.
Syekh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari menuliskan dalam kitabnya al Hikam, “Sampai kapan pun Allah tak akan meninggalkan kita, keajaiban yang sangat mengherankan adalah orang yang lari dari apa yang tak dapat terlepas darinya dan mencari apa yang tak kekal padanya.”
Nasihat ketiga, berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. Tidak ada perbuatan di dunia yang luput dari pengawasan. Semuanya tercatat rapi dan rinci. Allah Ta’ala mengingatkan, “Berbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushilat : 40).
BACA JUGA: Ketika Malaikat Jibril Membelah Dada Nabi
Kelak di Akhirat, semua perbuatan kita akan dipertontonkan. Betapa malu dan hinanya ketika tayangan amal perilaku kita dipenuhi maksiat yang selama ini mungkin sebagian besar orang tidak pernah mengetahuinya. Dan ketika saat itu tiba, saat di mana kita semua berdiri gemetar di hadapan pengadilan Yang Maha Benar, mempertanggungjawabkan perilaku yang jelas maupun samar, tidak ada lagi kecurangan, tidak ada lagi ketidakadilan, tidak bisa lagi lari atau merekayasa hasil putusan.
Semuanya tidak ada yang dirugikan, akan dibalas sesuai niat dan perbuatan. Allah SWT menegaskan, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS. Az-Zalzalah : 7-8).
Semoga kita semua hidup tetap dalam aturan Allah SWT, mencintai-NYA melebihi cinta terhadap siapa pun dan kembali ke fithrah manusia sejati yakni gemar beramal shalih dan suka berbuat baik kepada sesama. Allahua’lam bishshawab. []
SUMBER: IKADI