DALAM kitab Al Kanz jilid 8 halaman 208, Ad Dainuri mencatat bahwasanya suatu waktu Umar bin Khattab memberi nasihat kepada seorang lelaki dengan berkata,
“Jangan sampai kondisi orang lain memalingkan perhatianmu dari memperhatikan diri sendiri. Karena segala akibat yang akan terjadi menjadi tanggunganmu tanpa melibatkan mereka.
“Jangan pula kamu menghabiskan waktu seharian hanya dengan berjalan-jalan, karena seluruh kegiatanmu itu tercatat rapi.
BACA JUGA: Perjanjian Hudaibiyah: Kekecewaan Kaum Muslimin dan Dialog Umar bin Khattab dengan Rasulullah
“Dan jika kamu melakukan kesalahan maka susullah ia dengan berbuat kebaikan. Karena dalam hematku, tak ada sesuatupun yang lebih cepat menghapus kecuali kebaikan baru terhadap dosa lama.”
Umar bin Khattab mengingatkan kita semua untuk memanfaatkan waktu yang Allah berikan dan hari-hari yang kita jalani seefektif mungkin dengan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain.
Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan malaikat-Nya mencatat seluruh aktivitas yang kita lakukan.
Umar bin Khattab juga dikenal sebagai orang yang tegas yang tidak ingin temannya menjadi ahli maksiat.
Ia pernah mengirim surat kepada sahabatnya. Isi surat Umar kepada sahabatnya: “Jangan jadi kroninya setan”. Hal ini jadi pelajaran berharga, bagaimana surat Umar ini pada sahabatnya mengajarkan kita agar semangat berdakwah dan tidak jadi kroninya setan dalam membuat ahli maksiat bertambah sesat.
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, diceritakan dari ayahku (Abu Hatim), diceritakan oleh Musa bin Marwan Ar-Riqqi, ‘Umar Ibnu Ayyub menceritakan kepada kami, diceritakan kepada kami dari Ja’far bin Barqan, dari Yazid bin Al-Asham, ia berkata,
“Dahulu ada seorang dari Syam yang kuat. Awalnya ia jadi utusan Umar bin Al-Khaththab lantas ia menghilang dari Umar. Kemudian Umar bertanya, “Apa yang dilakukan Fulan bin Fulan?”
Orang-orang mengatakan, “Ia sekarang jadi pecandu minuman keras.”
Lantas Umar memanggil sekretarisnya, lalu memerintahkan, “Tulislah.” Umar mendiktekan,
مِنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ إِلَى فُلاَنٍ ابْنِ فُلاَنٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكَ، [أَمَّا بَعْدُ] : فَإِنِّي أَحْمَدُ إِلَيْكَ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ، شَدِيْدِ العِقَابِ، ذِيْ الطَّوْلِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ المَصِيْرُ
“Dari Umar bin Al-Khaththab kepada Fulan bin Fulan. Semoga keselamatan untukmu. Amma ba’du.
Sungguh untukmu aku menyanjung Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, Allah itu Maha mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya, Allah Yang mempunyai karunia, tiada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk).”
Kemudian Umar bin Khattab berkata pada sahabatnya,
اُدْعُوْا اللهَ لِأَخِيْكُمْ أَنْ يُقْبِلَ بِقَلْبِهِ، وَأَنْ يَتُوْبَ اللهَ
“Berdoalah kepada Allah untuk saudara kalian agar ia bisa menerima hidayah dengan hatinya, lalu semoga ia bisa bertaubat kepada Allah.”
BACA JUGA: Ketika Umar bin Khattab Bertemu Orang yang Pernah Tidak Mempan Dibakar Api
Ketika surat Umar bin Khattab sampai di tangannya, ia membaca surat tersebut dan ia terus mengulanginya. Ia membaca,
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ
“Allah Yang Maha mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya”, berarti Allah telah mengingatkanku akan hukuman-Nya dan telah memberikan janji padaku jika mau memohon ampun kepada-Nya.” []
SUMBER: CHANEL MUSLIM