NASIHAT untuk Para Da’i . Telah tersebar di zaman ini, sesungguhnya kebanyakkan orang yang menyandarkan diri kepada ilmu dan kebaikan, terjatuh dalam perbuatan merendahkan kehormatan kebanyakkan saudara-saudara mereka dari kalangan para da’i yang dikenal.
Mencela kehormatan para penuntut ilmu, para da’i, dan para penceramah. Mereka melakukan hal itu secara sembunyi-sembunyi di majelis-majelis mereka. Kadang-kadang mereka merekamnya dalam kaset kemudian disebarkan kepada manusia. Terkadang mereka melakukannya terang-terangan di ceramah-ceramah umum di masjid-masjid.
Cara seperti ini menyelisihi terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasull-Nya dari beberapa sisi:
Pertama: Hal itu melanggar hak-hak manusia dari kalangan muslimin. Bahkan secara khusus dari kalangan penuntut ilmu dan para da’i, dimana mereka adalah orang-orang yang telah mencurahkan usaha dalam memperingatkan manusia, memberikan pentunjuk kepada mereka, membenarkan aqidah dan manhaj mereka, dan berusaha keras dalam mengatur pelajaran-pelajaran, ceramah-ceramah serta mengarang buku-buku yang bermanfaat.
Kedua: Hal itu sebagai bentuk memecah belah persatuan kaum muslimin dan merobek barisan mereka. Padahal mereka, sangat membutuhkan persatuan dan menjauhkan diri dari percerai-beraian, perpecahan serta banyak berita tidak jelas di antara mereka.
Secara khusus, sesungguhnya para dai yang didapatkan (diperlakukan seperti itu), mereka adalah dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang dikenal memerangi bid’ah-bid’ah dan khurafat. Menghadapi para da’i yang mengajak kepadanya. Menyingkap jalan-jalan dan cacat mereka.
Maka kami tidak melihat adanya kemashlahatan di dalam amalan seperti ini, kecuali diperuntukkan kepada musuh-musuh yang telah menanti dari kalangan orang-orang kafir dan munafik, atau dari kalangan ahli bid’ah dan orang-orang yang sesat.
BACA JUGA: Bagaimanakah Agar Kita Tetap Istiqomah di Jalan Allah?
Ketiga: Sesungguhnya perbuatan ini, di dalamnya terdapat bantuan dan pertolongan kepada orang-orang yang sesat dari kalangan orang-orang sekuler dan barat, serta selain mereka dari orang-orang mulhid (kafir) yang telah terkenal dengan celaan terhadap para da’i, serta kedustaan atas nama mereka, serta mendorong untuk menentang mereka di dalam apa yang mereka tulis dan mereka susun.
Bukan termasuk dari hak persaudaraan Islam, orang-orang yang tergesa-gesa ini ( para pencela da’i ahlus sunnah ), membantu musuh-musuh mereka untuk memerangi saudara mereka sendiri dari kalangan para penuntut ilmu, para da’i dan selain mereka.
Nasihat untuk Para Da’i di Jalan Allah
Keempat: Sesungguhnya dalam yang demikian itu, telah merusak hati-hati orang awwam dan khusus, menjadi bentuk penyebaran dan angin segar untuk berbagai kedustaan dan kabar-kabar yang batil, serta menjadi sebab banyaknya ghibah ( mengunjing ), mengadu domba, merusak kondisi yang ada.
Karena kelemahan hati orang-orang yang menolak penyebaran syubhat ( kerancuan-kerancuan ) dan pengobaran fitnah-fitnah, serta semangat mereka untuk menganggu orang-orang yang beriman tanpa sebab yang mereka kerjakan.
Kelima: Sesungguhnya kebanyakan dari ucapan yang dinyatakan, tidak ada hakikatnya. Hanyalah khayalan-khayalan yang dihiasi oleh syetan kepada pemiliknya, dan dia ( syetan ) menipu mereka dengannya.
Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman ! jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah saling memata-matai, serta janganlah sebagian mengunjing sebagian yang lain.” Seorang mu’min, hendaknya membawa perkataan saudaranya sesama muslim kepada kemungkinan yang paling baik. Sebagian salaf mengatakan : “Janganlah kamu menyangka suatu kalimat yang keluar dari saudaramu jelek, sedangkan engkau mendapatkan kemungkinan-kemungkinan baik baginya.”
BACA JUGA: Jalan-jalan Rezeki dari Allah
Nasihat untuk Para Da’i di Jalan Allah
Keenam: Apa yang didapatkan berupa ijtihad sebagian ulama’ dan penuntut ilmu di dalam perkara yang diperkenankan di dalamnya untuk ijtihad, maka sesungguhnya pelakunya tidak boleh untuk dicela dan dicerca dengannya, apabila dia memang seorang yang punya keahlian dalam hal itu.
Maka apabila selainnya menyelisihinya dalam hal itu, yang layak adalah berdiskusi dengannya dengan cara yang paling baik. Sebagai bentuk semangat untuk sampai kepada kebenaran dari jalan yang paling dekat, serta menolak waswas dari syetan serta adu domba syetan diantara kaum mu’minin.
Jika hal itu tidak dimudahkan, dan salah seorang berpendapat harus menjelaskan suatu kesalahan, hendaknya dilakukan dengan ungkapan yang paling baik dan isyarat yang lembut.
Tanpa saling menyerang atau saling mencela, atau saling melampaui batas dalam ucapan yang nantinya menyebabkan kebenaran itu sendiri ditolak.
Maka aku nasihatkan kepada saudara-saudara ini, yang telah mencela kehormatan para da’i dan mencaci mereka, hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dari apa yang telah mereka tulis dengan tangan-tangan mereka, atau telah mereka lafadzkan dengan lisan-lisan mereka, dari apa-apa yang menjadi sebab dalam merusak hati para pemuda dan mengisi mereka dengan kedengkian dan dendam.
Menyibukkan mereka dari menuntut ilmu yang bermanfaat dan dari dakwah kepada Allah, dengan kabar-kabar yang tidak jelas dan ucapan tentang si anu dan si anu. Membahas perkara yang mereka anggap sebagai kesalahan-kesalahan bagi orang lain, memburunya serta melakukan hal itu dengan susah payah.
Nasihat untuk Para Da’i di Jalan Allah
Sebagaimana aku nasihatkan mereka untuk berlepas diri terhadap apa yang telah mereka lakukan berupa tulisan atau selainnya dari apa-apa yang mereka melepaskan diri-diri mereka dari perbuatan seperti ini.
Menghilangkan apa yang mengikat pikiran-pikiran seorang yang mendengarnya, berupa ucapan mereka. menerima amalan-amalan yang berbuah yang bisa mendekatkan kepada Allah serta bermanfaat bagi para hamba.
BACA JUGA: Ini Jalan-jalan Rezeki yang Digambarkan Allah Dalam Al-Quran
Hendaknya mereka meninggalkan perbuatan tergesa-gesa dalam memutlakan hukum kafir, fasiq, ahli bid’ah kepada selain mereka tanpa bukti dan keterangan. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- : “Barang siapa yang mengatakan kepada saudaranya : “Wahai kafir !” maka jika tidak benar, maka tuduhan itu akan kembali kepada salah satu dari keduanya ( yang menuduh ).”
[Sumber : Majmu’ Fatawa Syaikh Abdul Aziz bin Baz –rohimahullah- : 8/38]
Facebook: Abdullah Al-Jirani