WASHINGTON –Asosiasi Basket Nasional (NBA) menghilangkan ‘Palestina-wilayah terjajah’ dari daftar negara di situs resminya, setelah dikritik menteri olahraga dan kebudayaan Israel.
Dalam surat yang ditujukan ke Komisioner NBA Adam Silver, Miri Regev menyebut Palestina ‘negara khayalan’ sehingga menurutnya dengan memasukkan Palestina ke dalam daftar negara berarti bertentangan dengan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kritik dari Regev muncul setelah ‘Palestina-wilayah terjajah’ muncul di situs resmi NBA. Nama Palestina ada di antara daftar negara yang dapat dipilih untuk memilih pemain terbaik AS dari tim NBA yang akan berlaga di All-Star 2018.
“Dengan memasukkan Palestina, artinya NBA melegitimasi perpecahan negara Israel. Saya ingin menyampaikan bahwa Israel keberatan dan saya mohon untuk segera menghilangkan Palestina dari daftar negara,” Â tegas Regev seperti dikutip dari Anadoulu.
NBA pun merespon kritik tersebut dengan menyalahkan pihak ketiga.
“Kami tidak membuat daftar negara dalam NBA.com, dan begitu kami menyadarinya, situs itu langsung kami benahi. Kami memohon maaf atas masalah tersebut dan kami telah memperbaikinya,” kata presiden NBA untuk bidang tanggung jawab sosial Kathy Behrens.
Regev kemudian berterimakasih pada NBA yang telah memperbaiki daftar mereka, sambil menekankan, “Tanah Israel tidak diduduki. Oleh karena itu, apa yang tertulis di sana salah dan harus dihilangkan.”
Keputusan NBA menghapus nama Palestina dari situsnya kemudian mengundang kecaman publik.
“Amerika ini benar-benar lucu. Kini Israel bahkan punya kendali sedemikian rupa untuk memberi tahu Amerika apa yang harus mereka tuliskan di situs mereka sendiri. Amerika bahkan meminta maaf karena telah menyinggung Israel,” ujar Phelim Murnion, seorang pengguna Twitter.
“NBA harus menghapus Israel dari liga, karena melanggar hukum internasional, dan merupakan rezim apartheid dan penjajah ilegal,” cuit seorang aktivis HAM Benjamin Zac. []