YERUSSALEM– Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh mendesak faksi-faksi di Palestina, negara-negara Islam dan seluruh organisasi kerjasama negara Islam untuk mengadakan pertemuan guna merumuskan strategi untuk menghadapi penjajahan Israel terhadap Al-Aqsha.
“Saya menyerukan kepada semua faksi Islam di Beirut dan Kairo untuk menangani dan merumuskan kebijakan untuk menghadapi kejahatan Pendudukan Israel yang ditujukan untuk merebut Masjid Al-Aqsa,” kata Haniyeh saat khotbah Jumat (21/07/2017) seperti dilansir dari Hamas.ps.
Haniyeh kemudian memperingatkan negara-negara Arab yang menjalin hubungan dengan Israel. Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk pengkhianatan terhadap bangsa Palestina.
“Tujuan kami adalah untuk menggagalkan rencana pendudukan dan kebijakannya di Yerusalem dan Al-Aqsa dan memutuskan keputusan pendudukan pintu gerbang elektronik di pintu masjid suci.”
“Gerbang ini dimaksudkan untuk memulihkan pembagian temporal dan tata ruang masjid suci dalam persiapan pengambilalihan Israel secara keseluruhan,” sambungnya. Sebagai penutup dari khutbahnya, Haniyeh memuji ketabahan masyarakat Yerusalem dan pembelaan mereka terhadap Masjid Al-Aqsa.
Pemimpin Hamas tersebut menunjukkan bahwa kemarahan umat Islam pada Jumat kemarin sebagai respon atas kesewenang-wenangan Israel yang menempatkan pendeteksi logam di gerbang Masjid Al-Aqsa. Haniyeh menegaskan bahwa Hamas menolak semua tindakan, rencana dan kebijakan Israel di Yerusalem dan Al-Aqsa.
Selain itu, ia juga meminta Organisasi Konferensi Islam yang dibentuk pasca pembakaran Al-Aqsha pada tahun 1969 untuk menangani masalah ini. Hal serupa juga disampaikan kepada Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan untuk memenuhi tanggung jawabnya selaku kepala Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Haniyeh juga memanggil Raja Abdullah II dari Yordania sebagai presiden KTT Arab, untuk ikut terlibat dalam penyelesaian atas apa yang sedang terjadi di Yerusalem saat ini.[]