DEMIKIAN pula azab yang menimpa kaum Tsamud yang telah mendustakan ajaran dan peringatan yang dibawah Nabi Shaleh As. Dalam QS Al-Qamar: 23-26 disebutkan, “Maka mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) diantara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”. Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya diantara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong”.
Pada ayat lain, QS. Al-Hijr : 80-82, kaum Nabi Shaleh itu disebut Ashabul-Hijri (penduduk kota Al-Hijr) sebagaimana bunyinya, “Dan sesungguhnya penduduk (kota) Al-Hijr telah mendustakan para rasul, dan Kami (Allah) telah mendatangkan kepada mereka (tanda-tanda) kekuasaan Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya. Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung batu (yang didiami) dengan aman”.
Demikian dahsyatnya bencana yang Allah timpakan, sehingga tiada seorang pun dari kaum Tsamud yang tersisa, seperti dalam QS. An-Najm : 51 yang bunyinya. “Dan kaum Tsamud, maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup)”. Sehingga, kata Allah dalam QS. Huud: 68, “Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud”.
BACA JUGA: Jangan Asal Melaknat Orang
Yang menakjubkan, meski petir dan halilintar yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud, tapi bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh. Keanehan itu sebagaimana tersurat dalam QS. Al-Ankabut 38, yang secara implisit bertujuan sebagai bukti bagi kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan akibat kekafiran mereka. “Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka…”.
Sedangkan beberapa azab terhadap sebuah kaum yang tersurat dalam Al-Quran, antara lain azab yang menimpa kaum Ashab Al-Sabt. Sebuah kaum fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Dalam QS Al-A’raaf: 163 dipaparkan, mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu, sementara di hari lainnya tidak ada. Ujian itu membuat mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Kefasikan itu membuat kaum tersebut dilaknat Allah menjadi kera yang hina.
Kisah sama juga tersurat dalam QS. Alfurqan: 38 dan QS. Qaf :12 yang menceritakan tentang azab kaum Ashab Al-Rass. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib. Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Kaum ini menyembah patung. Pelanggaran yang dilakukan, mencampakkan utusan Allah yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur, sehingga mereka dibinasakan Allah.
Demikian pula nasib kaum Ashab Al-Ukhdudd sebagaimana tersurat dalam QS Alburuuj: 4-9. Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Pelanggaran yang dilakukan kaum ini, menceburkan sekelompok orang beriman ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi.Karena itu, Allah SWT mengutuk kaum ini dalam kebakaran hebat yang membinasakan.
NEGERI KAUM POMPEII
Kisah pembinasaan kaum murtad lain yang sangat melegenda, adalah pembinasaan kaum Pompeii dari muka bumi. Allah SWT mengazabnya dengan lahar panas gunung Vesuvius hanya dalam waktu sekejap. Tidak ada seorangpun yang selamat dari bencana letusan gunung yang tidak aktif ratusan tahun itu. Demikian tiba-tiba azab yang datang itu, sehingga tidak ada seorang pun yang menyadari.
Karena itu, penggalian situs Pompeii di dekat kota Napoli, Italia, menghasilkan beragam fosil manusia dalam posisi bervariasi. Ada sebuah keluarga yang sedang menyantap makanan, misalnya. Juga ditemukan fosil berpasangan yang sedang melakukan hubungan badan. Ironisnya banyak fosil berhubungan badan yang melanggar agama, seperti sesama jenis, sesama anak-anak, anak remaja dan orang dewasa, bahkan juga fosil pesta seks antara satu wanita dengan banyak pria atau sebaliknya, Wajah dari kebanyakan jasad fosil manusia itu masih utuh, dengan ekspresi wajah yang terlihat kaget dan kebingungan.
Penghilangan Pompeii dari muka bumi dengan bencana seperti ini, bukanlah tanpa alasan. Catatan sejarah menunjukkan kota tersebut merupakan sarang foya-foya dan perbuatan menyimpang, dari kaum Romawi sebagai penjajah. Kota ini dikenal sebagai oase kemaksiatan, sehingga tidak dapat membedakan antara rumah bordil dan rumah tinggal. Satu-satunya pembeda, ditunjukkan oleh hiasan alat kelamin pria atau sebuah payudara dalam ukuran asli yang tergantung di depan pintu rumah bordil. Alat petunjuk itu juga untuk membedakan, tempat bordil tersebut menyediakan pelacur wanita atau gigolo. Menurut tradisi yang berakar dari kepercayaan Mithraic, organ seksual dan persetubuhan tidaklah seharusnya disembunyikan. Sebaliknya dipertontonkan secara terang-terangan.
Disini terdapat sisi yang paling tidak bisa dimengerti dari sebuah bencana. Bagaimana mungkin ribuan orang yang menunggu dijemput sang kematian itu berekspresi tanpa mereka sadari? Sisi yang nampak dari peristiwa ini menunjukan, hilangnya Pompeii mirip dengan peristiwa kehancuran sebagaimana yang disebutkan dalan QS. Yasin : 29 yang secara jelas menyebutkan “pembinasaan yang tiba-tiba” seperti yang dihubungkan dengan peristiwa ini. Sebagai contoh “warga kota” disebutkan dalam Surat Yasin tersebut, bahwa kesemuanya mati secara mendadak dalam waktu yang bersamaan. Sebuah nasib kaum yang mendapatkan azab sama dengan kaum Nabi Luth, Kisah Sodom dan Gomorah.
PELAJARAN HIDUP
Meskpun demikian tidak banyak hal yang telah berubah sejak Pompeii dihancurkan. Daerah Naples dimana pesta pora berlaku, tidak serusak sebagaimana halnya daerah Pompeii yang tidak bermoral. Kepulauan Capri adalah asal muasal kaum homoseksual dan kaum nudist bertempat tinggal. Kepulauan Capri dilambangkan sebagai “surga kaum homo” dalam iklan pariwisata. Tidak hanya di kepulauan Capri, juga di Negara Italia, dan hampir di seluruh dunia yang mengalami kebobrokan moral tanpa mempelajari pelajaran pahit yang sebuah akibat azab Allah.
Pada titik ini, Al Quran secara khusus menarik perhatian terhadap kenyataan, bahwa sebagian besar dari masyarakat yang dihancurkan tersebut memiliki tingkat peradaban tinggi. Di dalam Al Qur’an Surah Qaf 36 dijelaskan, bahwa sifat-sifat dari kaum yang dihancurkan sebagai berikut: “Dan berapa banyakkah umat-umat yang telah Kami (Allah) binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?
BACA JUGA: Laknat Allah bagi Kaum Sodom
Dalam ayat tersebut, dua sifat dari kaum yang telah dihancurkan secara khusus ditekankan. Yang pertama adalah mereka merasa “lebih besar kekuatannya”. Hal ini berarti masyarakat-masyarakat yang telah dibinasakan tersebut telah berada dalam suatu tingkat kedisiplinan dan sistem birokrasi militer yang tangguh, sehingga mereka mampu merenggut kekuatan wilayah lainsecara paksa. Poin kedua, masyarakt-masyarakat yang telah disebutkan mendirikan kota-kota besar yang dihiasai dengan karya-karya arsitektur mereka.
Kondisi itu patut diperhatikan, bahwa dua macam sifat-sifat tersebut mencerminkan sebuah kaum yang memiliki peradaban dan kebudayaan tinggi. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu telah mendirikan negara-negara yang tersentralisir dan kota-kota besar. Ironisnya mereka masih tetap mengingkari dan mengabaikan Allah, melupakan semua hal yang mereka nikmati itu merupakan hasil ridho Allah. Namun, sebagaimana dikatakan di dalam ayat, peradaban mereka yang telah berkembang tidak bisa menyelamatkan masyarakat yang telah dihancurkan, karena peradaban mereka berdiri diatas landasan pengingkaran terhadap Allah. Akhir dari peradaban saat inipun tidak akan berbeda selama peradaban sekarang berdasarkan kepada pengingkaran dan berperilaku jahat di dunia.
Sejumlah peristiwa penghancuran, beberapa diceritakan dalam Al Qur’an, telah dibenarkan oleh berbagai penelitian arkeologis di jaman modern. Temuan-temuan arkeolog yang secara jelas membuktikan, peristiwa-peristiwa yang dikutip dalam Al-Qur’an benar-benar pernah terjadi, menjelaskan perlunya sebagai “peringatan terlebih dahulu” yang banyak digambarkan dalam kisah-kisah dalam Al-Qur’an. Allah berfirman di dalam QS Yusuf 109-111, bahwa “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. []
SUMBER: PRIMAVARDHANA.WORDPRESS.COM