SYAHDAN, Mekah sudah ada sejak Ismail ada. Namun selama berabad-abad, Mekah hanyalah kota kecil tempat bersinggahnya para musafir barang sejenak meregangkan urat, menghempaskan penat. Orang-orang belum berminat untuk bermukim di sana. Kecuali Siti Hajar, Ismail, kabilah Juhrum, beserta keturunannya waktu itu.
Adalah Qushay bin Kilab yang layak disebut sebagai Sang Urban Planner. Dialah yang mula-mula menata Mekah sedemikian rupa hingga layak didaulat sebagai sebuah kota. Sejak Qushay ada, pembangunan Mekah takkenal kata jeda. Hingga mencapai kejayaannya ketika Abdul Muthalib berkuasa.
BACA JUGA: Kerinduan Para Sahabat terhadap Kota Mekah ketika Hijrah
Qushay menjadikan Mekah terasa indah dihuni. Ramailah para pelancong datang ke sana. Berniaga. Atau sekadar menziarahi Ka’bah.
Rumah Allah ini berdiri kukuh. Di sekitarnya mulai dibangun pemukiman suku-suku Quraisy. Qushay membuat aturan, semakin terpandang derajat sukunya, semakin dekat jarak antara rumahnya dengan Baitullah.
Dan Mekah adalah kota suaka untuk orang yang tertindas. Kota yang aman bagi orang-orang yang teraniaya. Sejahiliyahnya kabilah Quraisy, mereka tetap menjunjung tinggi kemanusiaan, mengejawantahkan prinsip mendasar sang moyangnya, yaitu Ismail, bahwa negeri ini adalah negeri yang selamat bagi siapa pun yang mencari keselamatan.
BACA JUGA: Ketika Mekah Terasa Sempit
Orang-orang Rum, orang-orang Suriah, orang-orang Mesir, orang-orang Ethiopia, orang-orang Persia. Mereka datang ke Mekah karena di daerah asalnya dianiaya. Dan Mekah adalah tempat suaka ternyaman bagi orang-orang yang tertindas. Mereka pun mendapat sambutan hangat dari pemimpin Mekah.
Seiring waktu Mekah pun terus berkembang untuk menjadi pemisah haru biru dua adikuasa yang terus menggebu dan memburu: Romawi dan Persia. [] .
@hdgumilang | Marakish – Semarak Ramadan Berkisah
Follow Instagram @tapaksejarahislam untuk mendapatkan informasi menarik seputar sejarah keislaman.