Oleh:Jundi Imam Syuhada
DIKISAHKAN sebuah kisah, tentang sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi yang bertaburkan bahagia juga ketentraman di dalamnya, negeri Saba’
Siapa yang tak tau negeri itu? Tergambar begitu megahnya dalam alquran sebagai “baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur”, namun sayang negeri itu tak bertahan lama dengan semua nikmat dan kelebihan didalamnya. Banjir besar datang meluluh lantakkan semua beserta isinya, semua keindahan negeri itu berganti menjadi keburukan hanya dalam hitungan waktu
Kau tau kenapa ? Semua bermula dari hati. Hati yang teracuni oleh nafsu, dan tercampur oleh angkuh hingga akhirnya melahirkan penduduk yang tak bersyukur atas semua nikmatNya. Begitu mudahnya Alloh tukar semua kenikmatan itu dengan keburukan, sekejap mata
Kadang kita menganggap sepele rasa syukur, tapi lihatlah bagaimana ia mampu mengubah semuanya. Jika syukurmu tinggi melangit atas semua pemberiannya, maka satu piring nasi yang hanya bertaburkan garam pun akan terasa seperti engkau makan dengan lauk terenak yang pernah engkau jumpai
Mari menengok hati, sudah sejauh mana syukur ini melangit. Jangan-jangan rasa syukur ini hanya sebatas keluar dari lidah yang sebenarnya tak pernah ada dalam diri
Mari berhati hati pada setiap hal yang ada disekitar, mensyukurinya tidak harus dengan engkau meratapinya dengan pasrah dengan air mata yang mengalir di pipi. Coba bercermin agar tau setinggi apa hatimu bersyukur, cukup dengan melihat apakah semua yang ada padamu mampu membuatmu semakin dekat dengan sang maha pemberi rezeki, semakin tunduknya dirimu atas semua karunia yang sebenarnya tak terbatas dan tak terhitung oleh bilangan
Atau jangan-jangan malah membuatmu semakin menangis lantaran doamu yang tak kunjung dijawab, atau membuatmu semakin meronta-ronta dalam berdoa agar dirimu mendapat kelebihan yang sama seperti tetangga yang berpakaian sutra dan bertunggangkan mobil mewah mengkilat
Kadang kita lupa, ada kenikmatan yang lebih mahal dari perhiasan dunia, kenikmatan saat engkau mampu sholat dengan khusyu’, kenikmatan saat senyummu terus merekah di pagi hari lantara hatimu yang luas menerima semua pemberianNya, dan sadar bahwa semua hanyalah sekedar titipan. Kadang diri ini lupa untuk bersyukur pada semua nikmat ini, nikmat ketenangan hati yang tiada dua
Karena semua bermula dari syukur, bukan kufur. []