IKHTIAR. Allah tidak pernah tidur, ia selalu melihat hamba-hambaNya, begitupun dengan hamba yang senantiasa berikhtiar.
Nenek penjual kacang yang biasa di panggil Mbah Tumirah ini berusia 109 tahun. Usia yang lebih dari se-abad ini masih berikhtiar menjajakan dagangannya setiap hari. Mbah Tumirah tinggal di Sosrowijayan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
Mbah Tumirah berjualan kacang rebus sejak pukul 06.00 pagi sampai dengan menjelang maghrib.
Siang itu matahari begitu terik, ia bersandar pada pilar parkiran motor di Stasiun Tugu Yogyakarta. Tubuhnya yang sudah renta tak beranjak dari tempatnya berjualan untuk menunggu pembeli. Orang banyak yang berlalu lalang di depannya akan tetapi sepertinya tak menggubris keberadaannya.
Saat pagi, Mbah Tumirah diantara cucunya dengan menggunakaan becak. Sebuah bakul berisi kacang rebus siap jual diturunkan. Bakul tersebut yang akan menemani Mbah Tumirah hingga sore menjelang.
Mbah Tumirah tidak ingin merepotkan siapapun, selama ia masih bisa mencari uang untuk makan sendiri, maka ia pun akan berikhtiar.
“Saya enggak mau merepotkan orang, kalau masih bisa cari makan sendiri ya lebih baik berusaha,” katanya.
Siang itu, belum ada satu pun pembeli yang menghampirinya. Mbah Tumirah menghargai satu bungkus kacang rebusnya dengan harga 5 ribu rupiah.
Penghasilan Mbah Tumirah dari berjualan kacang rebus tidak menentu. Jika saat sedang sepi, seringkali Ia hanya mampu menjual beberapa bungkus saja. Namun yang sedikit itu selalu Ia syukuri, menurutnya setiap rezeki dari Allah walaupun sedikit akan mendatangkan keberkahan ketika diniatkan ikhlas karena Allah.
“Sehari dapatnya berapa? Ya cukup untuk makan, kalau kurang dicukup-cukupkan. Saya bersyukur, berapa saja yang laku itu rejeki dari Allah,” ungkapnya.
Semoga cerita ini menjadi penyemangat kita untuk terus ikhtiar . []
Sumber: Kisah Teladan