TEL AVIV— Dalam rapat kabinet awal pekan ini (9/7/2018), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan, Israel sedang melakukan persiapan untuk memperkuat infrastruktur dalam menghadapi ancaman gempa bumi terbesar.
“Ada juga ancaman lain di utara, ancaman dari alam; gempa bumi,” kata Netanyahu kepada para menterinya seperti dikutip dari laporan Arutz Sheva.
Netanyahu mengatakan bahwa langkah-langkah kesiapsiagaan gempa saat ini sedang diperiksa dan setiap tindakan yang diperlukan akan dilakukan selama beberapa tahun mendatang.
BACA JUGA: Pakar: Kemungkinan Perang Iran-Israel Terbuka Lebar
“Kami sedang mempersiapkan bersama dengan Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan. Pada pertanyaan tentang gempa bumi, tindakan penting telah dibuat dengan Rencana Garis Besar Nasional 38, tetapi, tentu saja, ada kebutuhan untuk langkah tambahan dan biaya banyak,” ujar Netanyahu.
Rencana Garis Besar Nasional 38 adalah tindakan Israel untuk memperkuat bangunan tua dalam menghadapi gempa bumi. Langkah ini juga menawarkan insentif ekonomi untuk mendorong warga agar mencari izin bangunan yang akan memungkinkan mereka untuk memperkuat bangunan rumah mereka.
“Itu harus tersebar selama beberapa tahun, tetapi akan dibawa ke kabinet dalam beberapa hari mendatang,” katanya, yang dilansir semalam.
Sebuah pertemuan yang melibatkan perwakilan dari Otoritas Manajemen Darurat Nasional, Pasukan Israel, polisi, petugas pemadam kebakaran, layanan ambulans Magen David Adom dan pemerintah kota dijadwalkan akan berlangsung pada Rabu (11/7/2018) untuk membahas lebih lanjut kemampuan negara untuk menangani bencana yang terkait gempa.
Pernyataan Netanyahu muncul pada hari yang sama ketika Deputi Menteri Perumahan dan Konstruksi Israel, Jackie Levy, mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa sekitar 80.000 rumah di negara itu terancam hancur jika gempa bumi besar melanda.
BACA JUGA: Israel Larang Siaran Saluran TV Al Quds Palestina
“Ada banyak struktur lama yang akan runtuh seperti menara kartu selama gempa bumi,” kata Levy.
Dia juga meminta pemerintah israel untuk turut menganalisa gempa tersebut.
“Di setiap platform, saya menuntut pemerintah Israel membuka mata dan menginternalisasi bahwa gempa ini adalah bom waktu, dan harus menginvestasikan sumber daya yang cukup untuk mencegah bencana,” kata Levy.
Namun, Avi Shapira, seorang ahli seismologi di Universitas Haifa, mengatakan kepada Ynet News bahwa rangkaian gempa bumi tidak selalu menunjukkan bahwa pusat utamanya berada di sekitar sudut.
“Tidak ada bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa urutan gempa bumi seperti itu selalu mengarah pada gempa besar,” kata Shapira.
Menurutnya, gempa besar yang dikhawatirkan pemerintah Israel itu tak akan terjadi.
“Secara statistik berbicara, ada tempat di seluruh dunia di mana probabilitas meningkat. Kemungkinan tidak akan terjadi apa-apa, tetapi Anda tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa itu mungkin.”
BACA JUGA: Persatuan Wartawan Palestina: Tutup TV Al Quds, Israel Lakukan Kejahatan Perang
Israel terletak di sepanjang lempeng Suriah-Afrika, yang merupakan bagian dari Great Rift Valley, sebuah parit geografis yang membentang dari Lembah Beqaa di Lebanon ke arah selatan menuju Mozambik.
Gempa terbaru yang dirasakan di negara itu terjadi pada Senin (9/7/2018) malam, yakni berkekuatan 3,2 skala richter. Gempa besar terakhir yang melanda kawasan itu terjado pada 1927, yang menewaskan sedikitnya 300 orang dan melukai 700 lainnya. []
SUMBER: YNET | JERUSALEM POST | ARUTZ SHEVA