SEORANG psikolog klinis terlatih dan etnofarmakolog – seseorang yang mempelajari hubungan manusia dengan obat – dari Universitas Curtin, Dr Stephen Bright, telah mengungkapkan efek mabuk akibat minuman keras yang terjadi terhadap otak.
Pertama, hal itu memerlukan pemahaman tentang bagaimana alkohol menghambat fungsi sistem saraf pusat, pada dasarnya otak dan sumsum tulang belakang.
“Ini memperlambat tingkat di mana neuron, termasuk sel-sel otak, berkomunikasi satu sama lain,” sebutnya seperti dilansir ABC Australia.
Salah satu bagian utama otak yang bisa melambat dengan konsumsi alkohol adalah korteks pre-frontal – bagian depan otak yang terkait dengan fungsi kognitif kompleks, pengambilan keputusan, logika dan nalar serta berpikir tentang konsekuensi dari tindakan seseorang.
BACA JUGA: Dampak Buruk Minuman Keras terhadap Masyarakat Dunia
“Ini sedikit seperti papan tulis mental di otak Anda. Jika itu tak berfungsi dengan baik, maka sulit bagi seseorang untuk mengatur perilaku mereka,” terang Dr Stephen.
Ia menambahkan, “Mereka lebih banyak dikontrol oleh bagian primitif dari otak mereka dan bisa lebih impulsif dalam berperilaku.”
Pada dasarnya, otak menjadi kurang berkembang. Efek ini juga bisa lebih terasa pada orang yang lebih muda, mengingat korteks pre-frontal tak berhenti berkembang sepenuhnya sampai sekitar usia 25 tahun, tutur Dr Stephen.
Alkohol berdampak pada manusia secara berbeda
Efek tak sadarkan diri juga berarti bahwa segera setelah seseorang mengonsumsi segelas champagne, hal yang paling mudah diingatnya adalah dompet kosong.
“Ada yang mengatakan bahwa satu minuman itu tidak cukup tapi terlalu banyak. Dalam konteks itu, pada beberapa orang, satu minuman cukup untuk memicu satu minuman lain dan lainnya,” kata dr Stephen.
“Sering kali orang pergi keluar untuk mencari hiburan malam dengan jumlah konsumsi alkohol yang direncanakan dan karena sifat alkohol, mereka mungkin mengonsumsi lebih dari yang direncanakan,” pendapatnya.
Tapi Dr Stephen tak bisa mengatakan apakah ada titik kritis tertentu ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk menilai apakah mereka harus berkemas dan pulang untuk meneguk segelas air dan makan keju.
“Ini sangat berbeda untuk setiap orang, dalam hal bagaimana tubuh mengolah alkohol dan pada titik apa kadar alkohol dalam darah mereka meningkat ke titik yang membuat mereka tak bisa membuat penilaian baik,” kemukanya.
Dampak konsumsi alkohol yang individual juga membantu menjelaskan mengapa, pada sebuah pesta besar, beberapa orang bisa saja menangis semalaman dan jatuh tertidur, sementara lainnya lain mungkin terlibat kekerasan.
“Ada beberapa faktor yang berperan,” sebut Dr Stephen.
BACA JUGA: Selain Haram, Minuman Keras juga Najis?
Ia menerangkan, “Ada obat yang dikonsumsi orang itu dan berapa banyak dikonsumsinya. Ada individu dan bagaimana itu berdampak pada individu tersebut. Individu merespon secara berbeda terhadap obat yang berbeda. Dan ada pengaturan di mana konsumsi berperan.”
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti penyalahgunaan zat, termasuk Dr Adrienne Heinz dari Universitas Stanford, telah melihat hubungan antara kekerasan dan penyalahgunaan alkohol, berpendapat bahwa kepribadian merupakan elemen kunci yang mendorong bagaimana seseorang berperilaku ketika mabuk.
“Saya pikir kenyataannya adalah, bahwa jenis orang yang akan pergi keluar dan memukul orang lain [ketika mabuk] adalah jenis orang yang akan pergi keluar dan memukul orang lain [dalam kondisi sadar],” ungkapnya pada tahun 2014.
Menurut sebuah penelitian tentang alkohol dan perilaku agresif, orang yang lebih mudah marah, memiliki kontrol kemarahan yang buruk dan menunjukkan tingkat empati yang rendah terhadap orang lain ketika dalam kondisi sadar, lebih mungkin menjadi agresif ketika mereka memiliki alkohol dalam sistem tubuh mereka. []