ALKISAH seorang pemuda bernama Abdullah. Setiap hari ia sibuk bekerja, senin hingga sabtu, pagi hingga petang. Minggunya ia gunakan untuk berkumpul bersama keluarga, dan malamnya ia gunakan beristirahat.
Suatu malam ba’da shalat Isya ia melakukan sebuah perenungan, ‘Berapa jam sehari aku letakkan Allah sebagai yang utama?’ gumam hatinya.
Lalu ia pun berniat untuk bangun lebih awal untuk melaksanakan shalat tahajud. Pukul 22.00 ia sudah terlelap agar tidak mengantuk saat tahajud nanti.
Pukul 03.00 alarm berbunyi dan ia langsung teringat akan niatnya. Ia langsung mengambil wudhu lalu menggelar sajadahnya.
Saat takbiratul ihram air matanya menetes. Ia merasakan sesuatu yang luar biasa. Ia merasakan betapa hidupnya terlalu sibuk oleh kebutuhan dunianya sehingga lupa akan Rabb penciptanya.
Perasaan itu membuatnya ingin terus merasa dekat dengan Rabb-nya, lantas ia melenjutkan pendekatan dengan Rabb-nya itu dengan shalat taubat, Memohon ampun atas segala dosa-dosa yang telah ia perbuat.
Karena masih merasa nyaman dengan perasaan ‘luar biasa’ itu, kemudian Abdullah berniat melanjutkannya dengan membaca firman-Nya.
Lalu diambilnya Al-qur’an yang terpajang rapi di rak bukunya. Namun ia tercengang saat melihat sebuah tulisan di sampul bagian dalam Al-qur’an itu, “28 Mei 2009, Putrajaya, RM 160.0”. itu adalah tanggal pembelian beserta tempat dan harga dari Al-qur’an tersebut. Ia terbiasa menuliskan tanggal, tempat dan harga saat membeli perbukuan.
Belum sempat membacanya tangisnya keburu menjadi-jadi.
Kalender yang menggantung di dinding kamarnya menunjukkan hari itu tanggal 24 April 2010. Lalu air matanya kian sulit untuk dibendung, mengalir dengan derasnya. Hampir satu Tahun ia tak membuka Al-qur’an yang telah dibelinya. Padahal pada saat membeli ia bertekad untuk berubah dan akan rajin membaca dan memaknai Al-qur’an.
Saudara yang budiman, ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Abdullah di atas. Yang pertama, untuk berdekatan dengan Allah kita hanya perlu ‘meniatkan’ diri kita untuk itu, kemudian melakukannya dengan penuh kekhusyuan.
Yang kedua, ketika kita memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik, maka lakukanlah dengan segera dan jangan menunda-nunda sehingga niat itu menjadi bias.[]