ALLAH SWT merupakan pemberi nikmat kepada setiap makhluk, baik di langit maupun di bumi. Nikmat yang diberikan oleh Allah itu amat sangat besar, bahkan mungkin tak terhitung nilainya. Tapi, terkadang manusia itu lupa. Kemudian tidak mensyukurinya. Akhirnya lupa sama sekali. Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Memang, salah satu kelemahan manusia ialah mengkufuri nikmat. Karena menusia sudah terbiasa dan merasa bahwa itu adalah hak yang harus diperolehnya. Lupa bahwa sebenarnya itu adalah pemberian Allah SWT.
Allah memberi kenikmatan pada setiap manusia di bumi ini jutaan kenikmatan, walau pun tidak selalu baru. Bangun tidur ia mendapat kenikmatan. Kenikmatan hidup, kenikmatan bergerak, kenikmatan air, kenikmatan makan pagi, kenikmatan berbicara dan kenikmatan-kenikmatan lainnya.
Manusia berbuat durhaka kepada Allah karena ia lupa bahwa apa yang didapat semua adalah pemberian-Nya. Kita coba merenung beberapa menit saja, kita hitung kenikmatan Allah, mendapat angka berapa puluh. Coba kalau beberapa jam atau apalagi hari, sungguh akan kita dapati angka jutaan.
Oleh sebab itu, setiap waktu Rasulullah selalu berdikir dimaksudkan untuk menyukuri nikmat Allah yang begitu benyak diterimanya sejak bangun tidur sampai tidur lagi.
Doa-doa Rasulullah banyak ditulis dalam buku Amalul Yaumi Wallailah oleh Ibnu Sunni. Nuzulul Abrar oleh Hasan Siddiq Khan, Amalul Yaumi Wallailah oleh Imam an-Nasa’I, dan doa-doa dala kitab sunnah.
Kepada manusia, jika kita diberi sesuatu, katakanlah diberi korek api untuk menyalakan rokok, kita ucapkan, “terima kasih”. Nah, seperti itu pula kita bersikap kepada Allah, pemberi nikmat yang begitu besar. Jangan pernah lupakan syukur atas nikmat yang diberi. Karena syukur merupakan salah satu bentuk atau tanda terima kasih kita kepada Allah SWT.
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani