RASULULLAH ﷺ bersabda, “Orang-orang fakir akan masuk ke surga sebelum orang-orang kaya, terpaut sekitar 500 tahun dan setengah hari.” HR Al-Qazwayni dan Al-Tirmidzi. Hadist dari Rasulullah tersebut menyiratkan satu hal tentang nikmatnya hidup sederhana.
Berikut adalah tujuh kisah dari orang-orang penuh teladan tentang nikmatnya hidup sederhana.
1 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Al A’masy
Al A’masy meriwayatkan dari Sufyan, iya berkata bahwa Sa’ad Ibn Abu Waqqash menjenguk teman yang sedang sakit keras. Tiba-tiba Salman menangis, maka Sa’ad bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis, Wahai hamba Allah SWT? Bukankah Rasulullah SAW wafat dan beliau telah meridhoimu.”
Salman menjawab, “Ketahuilah, saya menangis bukan karena gentar menghadapi kematian atau karena tamak terhadap dunia. Hanya saja, Rasulullah SAW telah mengikat janji kepada kami. Beliau bersabda, ‘Hendaknya bekal dunia salah seorang diantara kalian adalah seperti bekalnya orang yang hendak berpergian jauh, sementara di sisiku hanya ada bantal dan guling.”
Salman berkata: “Padahal yang ada di sampingnya adalah selimut, mangkok besar, dan sikat untuk mencuci.”
Dalam syair disebutkan:
Aku rela hidup didunia hanya dengan cukup makan, selimut
Dan segelas air yang cangkirnya mudah pecah.
BACA JUGA: Belajar Hidup Sederhana
2 Nikmatnya hidup sederhana: Kisah Ibrahim Ibnu Adham
Alkisah, seseorang yang mendatangi Ibrahim Ibnu Adham dengan membawa uang 10.000 dirham dan memberikan uang itu kepadanya. Tetapi, Ibrahim Ibnu Adham menolaknya dengan tegas.
Ia berkata, “Apakah dengan pemberian uang ini, kamu ingin menghapus namaku dari deretan nama orang fakir?”
Al-Syibli berkata, “Jika ada orang fakir didunia yang memiliki secuil harta, lalu ia menginfakkannya dalam sehari. Kemudian ia khawatir dengan makanan untuk hari esok maka kefakirannya adalah dusta.”
3 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Dzu Al-Nun Al-Mishri
Nikmatnya hidup sederhana. Dzu Al-Nun Al-Mishri mengatakan, “Tanda seseorang akan mendapatkan murka Allah SWT adalah jika orang tersebut takut kefakiran.”
Menurut sebagian ulama, menampakan kekayaan kepada orang-orang fakir lebih baik daripada kefakiran itu sendiri.
4 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Abu Al-Jala
Nikmatnya hidup sederhana. Abu Al-Jala pernah ditanya mengenai kefakiran, namun ia diam saja dan tidak menjawabnya.
Sampai akhirnya si penanya pulang. Kemudian ia berkata: “Saya memiliki uang sebanyak empat sen, karena itu saya mau membicarakan masalah kefakiran selama uang itu masih ada ditanganku.”
Setelah itu ia duduk dan membicarakan masalah kefakiran.
5 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Yusuf Ibnu Abbas
Nikmatnya hidup sederhana. Yusuf Ibnu Abbas berkata, “Selama 40 tahun, saya tidak pernah memiliki dua gamis. Demikianlah gaya hidup para wali dalam menjalani kehidupan dunia. Mereka telah memilih kemiskinan dan kesusahan, agar dapat meraih pahala akhirat.”
Penulis kitab ini bersyair:
Saya melihat kehidupan ini tampak pahit bagi para kekasih
Sementara bagi para musuh, terlihat manis seperti tumbuh-tumbuhan.
BACA JUGA: Tiga Pelajaran Hidup Sederhana dari Orang Super Kaya Dunia
6 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Syaqiq
Nikmatnya hidup sederhana. Syaqiq bertutur, “Orang-orang fakir memilih tiga hal, begitu juga orang-orang kaya.
Orang-orang fakir memiliki jiwa yang tenang, hati yang nyaman, dan hisab yang ringan. Sementara orang-orang kaya memiliki jiwa yang penat, hati yang ruwet, dan hisab yang rumit.”
https://www.youtube.com/watch?v=55fJCZ65Na4&t=22s
7 Nikmatnya Hidup Sederhana: Kisah Abu Bakar Ibnu Affan RA
Nikmatnya hidup sederhana. Abu bakar Ibnu Affan RA berkata, “Saya mendengar Bisyar Ibnu Al-Haris Al-Hafi berkata, “Saya sangat menginginkan ikan bakar, tetapi saya tidak kuat untuk membelinya karena harganya tidak bersahabat.”
Dalam syair disebutkan:
Telanjang inilah belenggu-belenggu dunia karena sesungguhnya kamu dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang.
Coba hidup sederhana yuk?! []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)