JAKARTA—Para pelajar Indonesia yang tengah belajar di Cina disebut-sebut mendapatkan pelajaran ideologi komunis. Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif setelah Menteri Pendidikan Cina mengundang 10 rektor yang salah satunya dihadiri olehnya mewakili UMS di Cina.
Namun hal tersebut dibantah oleh Rois Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Tiongkok Imron Rosyadi Hamid, yang menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman mereka, universitas di Cina tidak mengajarkan idelologi komunisme.
“Kami keberatan dengan judul maupun isi berita yang tidak didasari fakta, bersifat insinuatif dan provokatif,” ujar pernyataan tersebut, Ahad (1/4/2018).
Sementara itu, mantan wakil ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) As’ad Said Ali mengatakan, ideologi transnasional merupakan ancaman bagi Pancasila sejak dulu hingga sekarang.
Pada era 1950-an, kata As’ad, Partai Komunis Indonesia (PKI) ingin mengubah sila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kebebasan beragama dan berkeyakinan, yang juga berarti orang bebas pula untuk tidak beragama dan berkeyakinan.
Memasuki era reformasi, menurutnya, ada pihak-pihak tertentu yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler, sementara pihak lain ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama (teokrasi).
“Pancasila itu adalah satu kesatuan antara agama dan budaya. Artinya, dengan lima sila yang ada, negara kita bukan negara sekuler atau teokrasi, melainkan negara beragama,” katanya.
Mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini pun menyebutkan, semua ideologi baik, tetapi tidak semua ideologi cocok untuk bangsa Indonesia yang majemuk. []
Sumber: Republika