NUSAIBAH menunduk. Air matanya mengalir. Namun ia adalah wanita yang tabah. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…Alhamdulillah, ya Allah, Engkau syahidkan suamiku,” kata Nusaibah.
Setelah utusan itu pergi, Nusaibah benar-benar menangis. “Engkau bersedih, Bu?” tanya anak pertamanya.
BACA JUGA: Kisah Syahidnya Mush’ab bin Umair, Kedua Tangan Ditebas Musuh
“Ibu tidak bersedih, Nak. Namun ibu tak punya siapa-siapa lagi untuk ibu berangkatkan ke medan perang. Maukah engkau berjuang bersama Rasulullah?”
Anak pertama Nusaibah berbinar-binar. Rupanya dalam hati ia pun ingin turut berjuang. “Baik, Ibu. Berjuang bersama Rasulullah sudah lama aku rindukan. Doakanlah aku.”
Maka Nusaibah melepas anak pertamanya dengan perasaan gelisah. Tak henti-hentinya bibirnya melafalkan zikir agar Allah melindunginya. Tak lama kemudian, datang lagi seorang utusan. Hati Nusaibah berdebar. la tahu kabar apa yang hendak ia terima.
“Wahai utusan, apakah kau hendak menyampaikan kabar bahwa putraku telah syahid?” tanya Nusaibah.
“Ya, Nusaibah.”
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…Alhamdulillah, ya Allah, Engkau syahidkan anak pertamaku,” kata Nusaibah. Sepeninggal utusan itu, Nusaibah menangis kembali.
“Apa yang Ibu tangisi? Apakah Ibu bersedih?” tanya anak kedua Nusaibah.
“Tidak, Nak. Ibu gembira. Ibu menangis karena tak ada lagi yang dapat ibu kirim untuk berjuang bersama Rasulullah.”
“Bukankah masih ada aku, Ibu?”
“Kau masih terlalu kecil, Anakku,” jawab Nusaibah.
“Ibu jangan meremehkan aku. Ridhailah aku, Ibu. Izinkan aku bergabung bersama pasukan Rasulullah,” kata anak kedua Nusaibah.
Maka berangkatlah anak kedua Nusaibah ke medan perang. Nusaibah melepasnya dengan lambaian tangan. Tak lama kemudian, seorang utusan datang kembali. Nusaibah tahu kabar apa yang hendak ia terima. “Apakah anak keduaku telah syahid, hai utusan?” tanya Nusaibah.
“Ya,” jawab utusan itu.
“Inna lillahi wa inna ilaihi ya Allah, Engkau syahidkan anak keduaku,” kata Nusaibah.
“Izinkan aku turun ke medan jihad.”
BACA JUGA: Tangisan Khalid bin Walid karena Tidak Menemui Syahid di Jalan Allah
“Tapi engkau seorang wanita, hai Nusaibah,” kata utusan itu.
“Jangan meremehkan perempuan. Kami pun ingin berjuang bersama Rasulullah,” jawab Nusaibah.
Utusan itu pun mengizinkan. la kembali ke medan Uhud bersama Nusaibah yang lihai menunggang kuda. Di medan Uhud, Rasulullah menugaskan Nusaibah untuk memberi minum dan mengobati kaum Muslimin yang terluka. Namun, ketika melihat pasukan Muslimin terdesak dan Rasulullah terkepung, ia tampil sebagai perisai beliau hingga tubuhnya menderita 12 luka. Rasulullah bersabda, yang artinya, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud, kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’b berperang membelaku.”
Selepas Rasulullah wafat, Nusaibah tetap turut berperang. Dalam perang Yamamah melawan Musailamah, tangannya terpotong hingga ia dibawa pulang sebelum peperangan usai. Nusaibah binti Ka’ab dan keluarganya mendapatkan kabar gembira kelak menjadi pendamping Rasulullah di surga. []