Oleh: Mohammad Ramli
ramrisf@ymail.com
BULAN Ramadhan adalah bulan istimewa karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW sebagai Mukjizat terbesar. Sehingga Ramadhan juga disebut Syahrul Qur’an.
Peringatan terhadap turunnya Al Qur’an diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara.
Terlepas dari itu semua yang terpenting bagi kita adalah bagaimana bisa memahami secara umum tentang proses turunnya Al-Qur’an sehingga dapat mengambil ilmu dan faedah darinya.
Turunnya Al-Qur’an
Terdapat beberapa ayat yang saling berkaitan yang menjelaskan turunnya Al-qur’an, yaitu:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)
Ayat ini adalah dalil bahwa Al Qur’an pertama kali diturunkan di bulan Ramadhan. Sebagaimana ayat lain:
إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya kami turunkan ia (Al Qur’an) di malam lailatul qadr.” (QS. Al Qadr: 1)
Juga firman Allah Ta’ala:
إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya kami turunkan ia (Al Qur’an) di malam yang penuh keberkahan” (QS. Ad Dukhan: 3)
Imam Ibnu Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan diantara bulan-bulan lainnya. Yaitu dengan memilihnya sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an Al Azhim” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/501)
Berdasarkan ayat-ayat diatas maka tidak ada perbedaan dikalangan para ulama bahwa al-qur’an diturunkan pada malam lailatul qadr. Namun terdapat penjelasan terhadap ayat-ayat diatas karena secara zahir bertentangan dengan realitas kehidupan Rasulullah, dimana diturunkan Al-qur’an semala 23 tahun.
Syeikh Manna Al-Qatthan dalam Kitabnya Mabahits fi Ulumil Qur’an menjelaskan sebagai berikut:
Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh jumhur ulama, bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas ialah turunnya Al-Qur’an seklaigus Baitul Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikat-Nya betapa besar masalah ini. Selanjutunya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak Beliau diutus sampai wafatnya. 13 tahun di Makkah dan 10 Tahun di Madinah. Pendapat ini berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas. Antara lain:
a. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “Al-qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailatul qadr. Kemudian setelah itu diturunkan selama 20 tahun (HR. Hakim, Baihaqi, dan Nasa’i). Lalu dia membaca;
وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik.” (Al-Furqan; 33)
Dan Al Quran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap (Al-Isra’: 106)
b. Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an itu dipisahkan dari Adz Dzikr, lalu diletekkan di Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW. (HR. Al-Hakim)
c. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ia berkata: “Allah menurunkan Al-Qur’an sekaligus ke langit dunia, pusat turunnya Al-Qur’an secara Gradual lalu Allah menurunkannya kepada Rasul-Nya sebagian demi sebagian” (HR. AlHakim dan Al-Baihaqi)
d. Menurut Ibnu Abbas, “Al-qur’an diturunkan pada Lailatul Qadr pada bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus; lalu ia turunkan secara berangsur-angsur. (HR. Thabrani)
Kapan Al-Qur’an Diturunkan ke Dunia?
Di Indonesia pada umumnya peringatan Nuzulul Qu’an diadakan setiap malam ke 17 Ramadhan. Tentang hal ini terjadi perbedaan pendapat.
Yang pasti Al-qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab, “Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku.”
Dalam sebuah lafadz dikatakan, “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku.” (HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim)
Akan tetapi pendapat inipun pecah menjadi lima :
1- sebagian mengatakan tanggal 7 ramadhan(hari Senin).
2- sebagian mengatakan tanggal 14 ramadhan(hari Senin).
3- sebagian mengatakan tanggal 17 ramadhan(hari Kamis), pendapat ini diriwayatkan dari sahabat Bara’ bin Azib radhiallahu anhu dan dipilih oleh Ibnu Ishaq.
4- sebagian mengatakan tanggal 21 ramadhan(hari Senin), pendapat ini dipilih oleh Syaikh Mubarak Fury, Lailatul Qadr ada pada malam ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah tanggal 7, 14, 21 dan 28.
5- yang terakhir mengatakan tanggal 24 ramadhan(hari Kamis), pendapat ini diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha Jabir dan Watsilah bin Asqa’ dan dikuatkan oleh Ibnu Hajar Al Haitsamiy, beliau berkata: ini sangat kuat dari segi riwayat, seperti disebutkan dalam riwayat di atas. []
Disadur dari Mabahits fii Ulumil Qur’an (terj),Syaikh Manna Al-Qaththan. Sirah Nabawiyah Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, dan sumber lain.