AMERIKA SERIKAT—Salah satu surat kabar Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa rencana Myanmar untuk merepatriasi (memulangkan kembali) warga Rohingya telah gagal. The New York Times (NYT) juga menganggap rezim Myanmar gagal mengatasi penganiayaan terhadap etnis minoritas Muslim di negara itu.
“Tidak ada yang bertanya kepada Rohingya tentang rencana repatriasi, dan mereka sangat panik ketika pasukan Bangladesh memasuki kamp dan mengatakan kepada kelompok beranggotakan 2.200 orang untuk bersiap pergi,” tulis dewan redaksi NYT, Kamis (22/11/2018).
BACA JUGA: Pengungsi Rohingya di Indonesia Berterima Kasih telah Diperlakuan Baik dan Dilindungi
“Dengan satu suara, yang tua dan yang muda berteriak, ‘Kami tidak akan pergi!'” tambahnya.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai kelompok yang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan yang terus meningkat sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi, sebagian besar anak-anak dan perempuan, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan kekerasan terhadap masyarakat Muslim minoritas pada Agustus 2017.
Menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh tentara Myanmar.
Lebih dari 34.000 orang Rohingya juga dibakar, sementara 114.000 lainnya dipukuli, menurut laporan OIDA yang berjudul ‘Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terkira’.
Sementara itu, sekitar 18.000 perempuan Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115.000 rumah Rohingya dibakar sementara 113.000 lainnya dirusak.
PBB mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan — termasuk bayi dan anak kecil — pemukulan brutal, dan penculikan yang dilakukan oleh personil keamanan.
“Posisi warga Rohingya semakin terdesak di antara ketidakadilan terburuk yang terjadi di dunia saat ini,” tulis redaksi.
Surat kabar itu juga mengkritik pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi atas perannya dalam penganiayaan terhadap Rohingya.
BACA JUGA: Pengungsi Rohingya di Bangladesh: Kami Tidak akan Pulang!
“Pemerintah Myanmar, termasuk Aung San Suu Kyi yang sebelumnya disegani, telah membantah segala kesalahan yang dituduhkan kepadanya, menggunakan alasan kuno dan sejarah timpang untuk membenarkan perlakuannya terhadap Rohingya sebagai pengusik di tanah yang didominasi umat Buddha,” tambahnya.
PBB dan berbagai kelompok hak asasi manusia menyatakan keberatan atas rencana untuk memulangkan warga Rohingya ke Myanmar, mengatakan bahwa kondisi yang belum kondusif bisa membahayakan jiwa mereka. []
SUMBER: ANADOLU