Demam “Om Telolet Om” rasanya semakin menjadi-jadi. Banyak orang sepertinya terhipnotis dengan hal yang satu ini. Pasalnya, hal ini bagaikan hiburan baru menurut kebanyakan orang. Tapi, tahukah Anda, bahwa berbuat demikian adalah sesuatu yang sia-sia?
Jika kita perhatikan, manfaat apa yang kita rasakan dengan melakukan hal demikian? Ya, mungkin ada yang mengatakan sebagai hiburan. Tapi, hiburan tidak perlu kita dapatkan di jalan, bukan? Kita bisa pergi rekreasi dengan keluarga. Ini lebih jelas hiburan yang menyenangkan dan bermanfaat. Sedang berdiam diri di pinggir jalan dengan membawa tulisan mengajak supir bus untuk membunyikan klakson mobilnya adalah hal yang tidak bermanfaat. Selain itu, boleh jadi akan membahayakan dirinya sendiri.
Coba kita lihat kondisi jalanan di antara Mekkah dan Madinah. Bagi Anda yang pernah haji atau umrah, suasana jalan antara Mekkah–Madinah barangkali tidak hilang dari ingatan. Jalannya lebar, tidak padat, kanan-kiri pemandangan pegunungan dan bebatuan. Tapi ada satu yang sangat menginspirasi. Di sepanjang jalan, Anda bisa lihat ada rambu jalan bertuliskan kalimat-kalimat thayibah atau ajakan untuk bertawakkal, berlindung dari godaan setan, atau meminta pertolongan kepada Allah.
BACA JUGA: Aku, yang Tak Pernah Basahi Hati dengan Dzikir
Ada yang bertuliskan shalawat. Ada yang bertuliskan hamdallah. Ada juga yang bertuliskan istighfar. Sehingga setiap pengguna jalan yang melintasi rambu itu, merasa diingatkan untuk mengucapkan kalimat thayibah di atas. Anda bisa bayangkan pengaruhnya?
Orang yang mengajak berdzikir dapat pahala. Dan para pengguna jalan yang berdzikir juga dapat pahala. Terlebih yang mengajak, mereka mendapat pahala lebih besar.
Dalam hadis dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Sesungguhnya orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, seperti pelakunya,” (HR. Ahmad 23027, Turmudzi 2883, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Itulah arti sebuah ajakan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Pemerintah Saudi menyadari, mengingatkan orang untuk berdzikir termasuk amal shaleh yang menghasilkan pahala. Karena bagian dari ciri muslim yang baik, hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang bermanfaat baginya.
Dari Abu Hurairah dan Husain bin Ali Radhiyallahu ‘Anhum, Nabi ﷺ bersabda, “Bagian dari tanda sempurnanya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak berarti baginya,” (HR. Ahmad 1737, Turmudzi 2487 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Para pengguna jalan bisa menggunakan waktu kosongnya untuk banyak berdzikir. Mengucapkan kalimat thayibah, sebisa yang dia lakukan. Dia bisa membaca tasbih, tahlil, tahmid, atau memperbanyak istighfar, atau memperbanyak membaca shalawat. Buat lisan kita selalu basah dengan dzikir, dengan istighfar, atau dengan shalawat. Sehingga waktu kita di atas kendaraan akan semakin berarti.
Abdullah bin Busr bercerita, ada orang badui datang menghadap Nabi ﷺ, “Ya Rasulullah, syariat Islam sangat banyak. Tolong ajarkan kepadaku perkara yang bisa aku pegangi selalu?” Kemudian Nabi ﷺ menyarankan, “Jaga lisanmu agar selalu basah dalam mengucapkan dzikir kepada Allah,” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf no. 30066).
Oleh sebab itu, agar lebih bermanfaat, ajakan telolet mungkin bisa ganti dengan semarak,
Om, istighfar Om…
Om, shalawat om…
Om, baca tasbih om…
Om baca tahlil om, dan seterusnya. []
Sumber: konsultasisyariah.com