DI era sosial media ini setiap orang bisa bicara apa saja, diupload kapan saja, dan dibaca siapa saja. Kadang kita kesulitan membedakan mana sampah dan mana emas, mana kata-kata tak bermakna dan mana kata-kata mutiara, serta mana ocehan tak berguna dan mana ilmu yang berharga. Bias, campur, dan sulit dibedakan.
Sebagai seorang Muslim kita musti bisa memilah yang baik dan buruk. Ambil kebaikannya dan buang keburukannya. Berikutnya, tak layak kita menambah keruh suasana dengan memproduksi sampah kata-kata. Mengungkapkan segala yang dilihat, didengar, dan dirasa tanpa pertimbangan baik dan buruk, bermanfaat atau tidak.
BACA JUGA: Gegara Omongan Hewan Lain, Kerbau Pun Mati
Tapi lagi-lagi kembali ke pribadi masing-masing. Toh media sosial hak pemiliknya mau diapakan dan dibagaimanakan. Kalau suka, silakan. Kalau tidak suka, biarkan. Mau nulis apa, ngomong apa, posting apa, silakan.
Tapi lagi..
Teko itu mengeluarkan sesuai isi di dalamnya. Isinya air putih, keluar juga air putih. Isinya teh, keluar juga teh. Isinya susu, keluar juga susu. Begitupun manusia. Kualitas pribadi salah satunya bisa dinilai melalui kata-katanya, omongannya. Berkualitas atau tidak.
Apa yang kita posting bakal tersimpan di dunia maya. Tulisan, gambar, video atau apapun jenisnya. Mungkin saja postingan kita masih ada setelah nanti meninggal dunia, dibuka oleh anak, cucu, dan keturunan selanjutnya.
BACA JUGA: Jika Manusia Pandai Berdusta
Anak-anak, cucu dan cicit, mungkin ada yang bangga karena kakek nenek moyangnya demikian menginsiprasi, tapi mungkin pula ada yang merasa malu, geli, atau mungkin jijik karena jejak dunia mayanya menggelikan. Curhat karena putus cinta, pacaran, gombal-gombalan, atau posting remeh temeh seperti mengabarkan bahwa ia sedang rindu, sedang lapar, sedang kehujanan, dan seabreg jejak tak bermakna lainnya. Betapa malu jadi cucunya.
Keputusan tetap ada di tangan sodara-sodara, menjadi orang yang bermanfaat atau tetap beralay-alay ria. Bercanda boleh saja, tapi sewajarnya. Ah, nampaknya omongan, tulisan saya lebih banyak sampahnya. Astaghfirullahal’adhim. []