KEMARIN siang, istri saya cerita. Dua kali dia naik angkot. Satu kali pulang ngajar. Satu kali pulang belajar.
Angkot pertama, selain dia, ada empat orang penumpang lain. Seorang ibu, sudah agak tua, dua orang perempuan, dan satu orang lelaki. Ibu agak tua berhenti di satu tempat. Sejak naik angkot, istri saya memperhatikan, ibu tua itu menggenggam sebuah dompet kecil yang biasa dipakai untuk transaksi jual beli emas. Ketika turun, si ibu itu mengeluarkan uang tiga ribu dari dompetnya yang sudah lecek.
“Mang,” ujarnya pada sopir angkot. “Mohon maaf, saya hanya punya tiga ribu untuk ongkosnya. Kurang seribu. Sekiranya berkenan jika ongkosnya hanya segini?”
BACA JUGA:Â Orang Hasad
Mang angkot, yang juga sudah agak berumur, tersenyum. Mengangguk. “Ya, gapapa bu…”
Si ibu mengucapkan terima kasih beberapa kali. Ongkos angkot di kota kami, jauh dekat, memang empat ribu rupiah. Si ibu berlalu, dan mang angkot bahkan menunggu si ibu itu dulu untuk pergi untuk kemudian angkot melaju lagi.
Beberapa waktu kemudian, penumpang berikutnya turun. Uangnya lima ribu. Sang penumpang, seorang wanita, berujar, “Mang, ga usah dikembaliin..”
Mang angkot menganggukkan kepala mengucapkan terima kasih. Penumpang ketiga dan keempat, uangnya sama lima ribu. Ketika, turun, semua sama meminta tidak dikembalikan, dan disambut terima kasih dari mang angkot.
Angkot kedua di lain waktu, penumpang juga jumlahnya sama. Mang angkotnya tentu saja beda. Satu penumpang turun di stasiun, menyerahkan uang lima ribu. Ia menunggu uang kembalian 1000. Tapi angkot melaju begitu saja. Sampai penumpang itu sedikit berteriak, “Hey itu kembalian…”
BACA JUGA:Â Cinta Masa Lalu
Mang angkot ini, jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Penumpang kedua dan ketiga adalah dua orang anak SMA. Saat turun, angkot tidak memberikan kembalian seribu kepada mereka. Pelajar ongkosnya dua ribu. Angkot berlari begitu saja. Satu penumpang lagi, uangnya lima ribu, juga tidak dikembalikan. Mang angkot melaju kencang.
Di kedua angkot itu, istri saya selalu jadi orang terakhi turun. Istri saya menghitung, kedua angkot mendapatkan uang kembalian yang sama. Namun, dengan cara berbeda. Istri saya kemudian berjalan pulang menuju rumah. []